Rabu, 03 Juli 2013

Metode Membaca Permulaan



PEMBELAJARAN MEMBACA
Metode Membaca Permulaan”


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pembelajaran Membaca
Dosen Pengampu
Idah Hamidah, S.Pd.







                                                                     Disusun Oleh 

                                                                  KELOMPOK 4

1.      Ahmad Asikin
2.      Enok Shinta Malia
3.      Ika Bahari
4.      Linda Lidiya
5.      Opi Nurmalaida
6.      Rizki Ridzaenudin Akhmad
7.      Sri Rahayu
8.      Pratiwi Widia Astuti



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
TAHUN 2013






KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudulMetode Membaca Permulaan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Pembelajaran Membaca disemester dua.
Dalam proses penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak baik bersifat moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ida Hamidah, S.Pd. yang telah mengajarkan, membimbing serta memberikan banyak motivasi kepada kami khususnya dalam penyusunan makalah ini.
Menyadari akan kekurangan dan kelemahan kami dalam menyusun tugas ini, kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik disertai saran dari berbagai pihak, terutama dari Ibu Ida Hamidah selaku dosen pengampu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, dan semoga kebaikan orang-orang yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini mendapatkan pahala dari Allah Swt. Amin.




                   Kuningan, 23 Mei 2013                                                      Penyusun



DAFTAR ISI
                                                                                                                                           Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………….……………………... 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………….…………………..... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah…………………………………………………………....4
1.2    Rumusan Masalah ……………………………………………………………….... 5
1.3    Tujuan Penyusunan Makalah …………………………………………….………... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Membaca Permulaan ……………………………….……….………... 6
2.2  Dasar Konseptual Membaca Permulaan ……………….……………………….… 7
2.3  Macam-Macam Metode Membaca Permulaan …………………………………...  8
3.4  Kesulitan Membaca Permulaan ……………………….…………………………..10

BAB III PENUTUP

3.1  Kesimpulan ………………………………………...……………………….........12       

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….13


 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Selain itu, membaca merupakan keterampilan dasar, ini menunjukan bahwa keterampilan membaca perlu dimiliki setiap orang karena mempunyai peranan yang sangat penting.
Membaca juga merupakan salah satu jenis keterampilan yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu dan pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari bacaan akan memungkinkan pembaca untuk mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Pernyataan tersebut menekankan tentang pentingnya membaca bagi peningkatan kualitas diri seseorang.
Seseorang akan ‘gagap teknologi’ dan ‘gagap informasi’ apabila jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan membaca. Informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan berbagai informasi aktual lainnya senantiasa berkembang pesat dari hari ke hari. Segala macam informasi dan perkembangan zaman tersebut selain dapat diikuti dari media elektronik misalnya TV, juga dapat diikuti melalui media cetak dengan cara membaca.
Dari penelasan diatas dapat dikemukakan bahwa kegiatan membaca mempunyai berbagai macam tujuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca berlangsung.
Adapun manfaat kegiatan membaca antara lain sebagai media rekreatif, media aktualisasi diri, media informatif, media penambah wawasan, media untuk mempertajam penalaran, media pembentuk kecerdasan emosi dan spiritual dan sebagainya.
Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh karena itu, metode pembelajaran membaca permulaan ditingkat SD kelas satu dan dua mempunyai peranan penting sebagai modal awal dalam mengembangkan kualitas membaca seorang siswa ditingkat lebih tinggi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
2.1  Pengertian membaca permulaan
2.2  Dasar konseptual membaca permulaan
2.3  Macam-macam metode membaca permulaan
2.4  Kendala dalam membaca permulaan

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah                                        
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
3.1 Untuk mengetahui pengertian membaca permulaan
3.2 Untuk mengetahui dasar konseptual membaca permulaan
3.3 Untuk mengetahui macam-macam metode membaca mermulaan
3.4 Untuk mengetahiui kendala membaca permulaan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Pada waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi kata, mengejanya, membedakannyadengan kata-kata lain. Misalnya padi dan pagi, ibu dan ubi. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebisaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan / kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis, penguasaan kosakata untuk memberi arti dan memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan.
Pembelajaran membaca permulaan di SD mempunyai nilai yang strategis bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa. Pengembangan kepribadian dapat ditanamkan melalui materi teks bacaan (wacana, kalimat, kata, suku kata, huruf/bunyi bahasa) yang berisi pesan moral, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai emosional-spiritual, dan berbagai pesan lainnya sebagai dasar pembentuk kepribadian yang baik pada siswa. Demikian pula dengan pengembangan kemampuan juga dapat diajarkan secara terpadu melalui materi teks bacaan yang berisi berbagai pengetahuan dan pengalaman baru yang pada akhirnya dapat berimplikasi pada pengembangan kemampuan siswa.
Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972 : 209). Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.

2.2 Dasar Konseptual Membaca Permulaan
Bertitiktolak dari pengertian bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna tulisan, maka membaca permulaan merupakan usaha mempersiapkan diri pada siswa kelas I Sekolah Dasar untuk membaca tingkat lanjut. Sebagai salah satu jenis membaca, membaca permulaan ini pada dasarnya merupakan suatu keterampilan. Sebagai suatu keterampilan, kemampuan membaca permulaan ini tidak bisa dikuasai tanpa praktek atau latihan.
Kemampuan membaca permulaan tidak lain adalah kemampuan mengenali dan memahami sistem lambang tulisan. Pada lambang tulisan terdapat lambang fonem, bunyi fonem, dan gugusan fonem. Inilah yang dikenali dan dipahami pada saat membaca permulaan.
Sesuai dengan namanya, membaca permulaan ini merupakan kegiatan permulaan atau dasar bagi membaca lanjut. Pengenalan dan pemahaman sistem lambang tulisan memang merupakan modal untuk bisa memahami isi wacana, memberikan pertimbangan terhadap isi wacana, memperoleh informasi secara cepat, dan sebagainya. Pemahaman isi wacana, pemberian pertimbangan terhadap isi wacana, dan pencarian informasi secara cepat berkategori membaca lanjut. Jadi jelas bahwa membaca permulaan ini merupakan langkah awal untuk bisa membaca lanjut.
Sehubungan dengan hakikat membaca permulaan yang demikian, maka yang dijadikan tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah penguasaan kemampuan mengenali dan memahami sistem lambang tulisan. Namun demikian, karena kegiatan membaca lanjut berhadapan dengan pemahaman akan isi wacana, sementara isi wacana berkaitan erat dengan makna setiap lambang tulisan, maka pada membaca permulaan ini perlu memperhatikan pembiasaan mengenali hubungan antara lambang tulisan dan makna.
Indikator kemampuan membaca permulaan adalah mampu menyuarakan lambang tulisan secara tepat dan lancar. Ketepatan ditandai oleh kesesuaian bunyi yang diucapkan dengan bunyi yang seharusnya diucapkan.Kelancaran ditandai oleh kemulusan pengucapan, tanpa tersendat-sendat yang menggambarkan keraguan. Indikator mengenali hubungan lambang tulisan dengan makna adalah mampu menjawab pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan lambang tulisan yang dibaca.
2.3 Macam-Macam Metode Membaca Permulaan
Dalam membaca permulaan ada beberapa macam metode yang dapat digunakan, macam-macam metode tersebut antara lain :

1.      Metode Abjad dan Metode Bunyi
Metode abjad dan metode bunyi, menurut Akhadiah merupakan metode-metode yang sudah sangat tua. Dalam penerapannya, kedua metode tersebut sering menggunakan kata-kata lepas. Beda antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada pengucapan huruf. Pada metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad (/a/, /be/, /ce/, dan seterusnya), sedangkan pada metode bunyi, huruf diucapkan sesuai dengan bunyinya [a], [b], [c], dan seterusnya.
Contoh: bo-bo ------bobo

2.      Metode Global
Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu merupakan keseluruhan. Metode ini timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada jumlah bagian-bagiannya. Dalam penerapannya, metode ini memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat untuk dibaca. Sesudah siswa dapat membaca kalimat-kalimat itu, salah satu di antaranya dipisahkan untuk dikaji, dengan cara menguraikannya atas kata, suku kata dan huruf-huruf. Sesudah siswa dapat membaca huruf-huruf itu, kemudian huruf-huruf dirangkaikan lagi sehingga terbentuk suku kata, suku-suku menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat lagi.

3.      Metode Struktur Analitik dan Sintetik (SAS)
Dalam pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua teknik yaitu  membaca tanpa buku dan membaca dengan buku.
a.    Membaca Tanpa Buku
Tahap membaca tanpa buku merupakan tahap pertama dalam proses pengajaran membaca permulaan. Pada periode ini guru menggunakan alat bantu atau media kecuali buku. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara sebagai berikut.
1.      Merekam Bahasa Siswa
Bahasa yang digunakan oleh siswa di dalam percakapan mereka, direkam untuk digunakan bahan bacaan. Karena bahasa yang digunakan sebagai bahan adalah bahasa siswa sendiri maka siswa tidak akan mengalami kesulitan. Hal ini erat hubungannya dengan siswa pada waktu sekolah. Dari segi kebahasaannya, mereka telah menguasai bahasa ibunya. Mereka juga mempuyai berbagai pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar rumahnya. Latar belakang kebahasaan, pengetahuan, serta pengalaman mereka berbeda-beda. Pada hari pertama guru mencatat kalimat-kalimat yang diucapkan. Kalimat-kalimat inilah yang dijadikan pola dasar untuk pengajaran membaca permulaan.

2.    Menampilkan Gambar Sambil Bercerita
Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan membaca.
Contoh : Guru memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis, sambil bercerita, misalnya Ini Adi. Adi duduk di kursi. Ia sedang menulis surat dan seterusnya. Kalimat-kalimat guru tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan bacaan.

3.    Membaca Gambar
Guru menunjukkan sebuah gambar, misalnya gambar seorang laki-laki berumur 7 tahun dan melekatkannya di papan flanel. Ia mengtakan “ini Nana”. Kemudian, ia melekatkan tulisan/ kalimat “ini Nana” di bawahnya. Jika guru menunjuk gambar itu siswa menyebutkan kalimatnya. Demikian dilakukan oleh guru dan siswa dengan beberapa gambar. Dalam hal ini siswa belajar membaca gambar.

b.    Membaca Dengan Buku
Setelah siswa mengenal huruf melalui kegiatan membaca tanpa buku, selanjutnya anak dihadapkan pada tulisan dalam buku. Pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan membaca buku pelajaran, membaca bacaan sederhana yang dipilih guru (gunakan gambar dan kartu kata), dan membaca bacaan yang disusun siswa secara individual maupun kelompok. Pembelajaran dapat dilakukan secara integratif.
2.4 Kesulitan Membaca Permulaan
Membaca permulaan bertitik tolak dari siswa duduk di kelas I, karena mereka baru pertama kali duduk di bangku Sekolah Dasar. Kemudian tugas mengajarkan membaca kepada siswa ada pada guru. Dalam membaca permulaan diperlukan berbagai pendekatan membaca secara tepat, seperti dengan menggunakan metode abjad, metode global, serta metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS).
Pada tahap membaca permulaan siswa mulai diperkenalkan dengan berbagai simbol huruf, mulai dari simbol huruf /a/ sampai dengan /z/. Caranya bergantung teknik pendekatan yang digunakan guru, yaitu dapat dimulai dari pengolahan kata dari sebagian untuk seluruh atau dari seluruh kemudian dicerai menjadi satuan bahasa terkecil yakni huruf. Jika dikalsifikasikan ada tiga karakteristik siswa yang kurang mampu membaca permulaan, yaitu dilihat dari kebiasaan membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan pemahaman
Siswa yang kesulitan membaca sering memperlihatkan kebiasaan dan tingkah laku yang tidak wajar. Gejala-gejala gerakannya penuh ketegangan seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, menggigit bibir, adanya perasaan tidak aman yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca bahkan menangis.
Gejala-gejala tersebut muncul akibat dari kesulitan siswa dalam membaca. Indikator kesulitan siswa dalam membaca permulaan antara lain, siswa tidak mengenali huruf, siswa sulit membedakan huruf, siswa kurang yakin dengan huruf yang dibacanya itu benar, siswa tidak mengetahui makna kata atau kalimat yang dibacanya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kesulitan siswa dalam membaca permulaan terlihat dari gejala-gejala perilaku dan gerakan-gerakan yang terjadi pada siswa dalam menghadapi teks bacaan. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya upaya dari guru kelas agar gejala-gejala tersebut dapat segera teratasi dan ini merupakan tanggung jawab seorang guru dalam mencerdaskan siswanya.






BAB III
PENUTUP
                                                                                                       
3.1  Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kami simpulkan, bahwa metode pembelajaran membaca permulaan yang diajarkan pada siswa kelas I dan kelas II Sekolah Dasar mempunyai peranan sangat penting karena metode pembelajaran membaca permulaan merupakan modal utama bagi siswa kelas I dan II dalam membaca lanjut. Dengan pembelajaran metode membaca permulaan siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu, seorang guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan sebaikmungkin sehingga mampu menumbuhkan kebisaan membaca pada siswa sebagai sesuatu yang menyenangkan.






DAFTAR PUSTAKA
Soedarso. 2010. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tarigan, H.G. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa
Tampubolon. 1993. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung : Angkasa
Nuryati, Sri. 2007. Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa di Kelas Awal Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar
Semiawan, Conny, dkk. 1986. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
slbyapenas. 2010. “Penerapan Metode Membaca Permulaan” www.google.com. 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar