Rabu, 03 Juli 2013

Rincian Keuangan Perkuliahan - Universitas Kuningan



Rincian Keuangan Proses Perkuliahan

Nama             : Ahmad Asikin
NIM                : 2012011002
Prodi/Kelas : PBSI/1A

A.     Semester 1
Ø Keuangan yang pernah dibayar di semester 1
1.          Uang pendaftaran mahasiswa baru Rp. 100.000,-
2.          Uang daftar ulang mahasiswa baru Rp. 1.045.000,-
3.          Uang kuliah Rp. 700.000,-
4.          Uang SKS Rp. 1.200.000,-
Jumlah Rp. 3.045.000,-

Ø Pembelian buku referensi
1.         Beli diktat teori sastra Rp. 30.000,-
2.         Beli buku membaca Rp. 28.000,-
3.         Beli diktat menyimak Rp. 30.000,-
4.         Beli kamus bahasa Inggris Rp. 25.000,-
5.         Foto copy diktat landasan pendidikan Rp. 28.000,-
6.         Foto copy diktat berbicara Rp. 26.000,-
7.         Beli diktat linguistik umum Rp. 30.000,-
8.         Lain-lain : pembayaran kegiatan temu warga Rp. 200.000,-
Jumlah Rp. 397.000,-

B.     Semester 2
Ø  Keuangan perkuliahan yang harus dilunasi
1.         Uang Kuliah Rp. 700.000,-
2.         Uang SKS Rp. 1.320.000,-
Jumlah Rp. 2.020.000,-

Ø  Tunggakan semester 1
1 .     Uang SKS Rp. 120.000
2.      Uang Dana Sumbangan Pendidikan (DSP) Rp. 2.000.000,-
Jumlah Rp. 2.120.000,-

Ø Buku referensi yang harus dibeli
1.       Buku paket pembelajaran membaca Rp. 50.000,-
2.       Buku paket pembelajaran menyimak Rp. 50.000,-
3.       Buku paket menulis Rp. 45.000,-
4.       Buku paket linguistik Rp. 50.000,-
5.       Buku paket ISBD Rp. 35.000,-
6.       Buku paket psikologi pendidikan Rp. 50.000,-
7.       Buku paket anatomi puisi Rp. 50.000,-
8.       10 macam buku antologi puisi Rp. 300.000,-
9.       Lain-lain : uang seminar wajib (membaca cepat) Rp. 50.000,-
Jumlah Rp. 680.000,-


v  Total keuangan semester 1 dan 2 Rp. 7.117.000,-
Tanggal dan Jumlah Pengambilan Uang
Total Uang Bieasiswa di Bank BNI Rp. 52.000.000,- ( Lima Puluh Dua Juta Rupiah).
1.       Pengambilan Ke-1
tanggal                                        : 22 Maret 2013
jumlah Pengambilan            : Rp. 7.417.000,-
sisa saldo tabungan               : Rp. 44.607.000,-
Keterangan :
Pengambilan uang sejumlah Rp. 7.417.000,- (tujuh juta empat ratus tujuh belas ribu rupiah) dipergunakan untuk pembayaran uang perkuliahan, pembelian buku referensi dan hal-hal yang berkaitan dengan proses perkuliahan.

2.       Pengambilan Ke-2
tanggal                                        :
jumlah Pengambilan            :
sisa saldo tabungan               :
Keterangan :
        

Sejarah dan Perkembangan Desa Lebakwangi



ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
“Sejarah dan Perkembangan Kebudayaan Desa Lebakwangi”

LAPORAN OBSERVASI
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dosen Pengampu
Dede Awaludin, M.Pd.








Disusun Oleh
AHMAD ASIKIN
NIM : 2012011002




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
TAHUN 2013




PEMBAHASAN

A.    Sejarah Desa Lebakwangi
Banyak asumsi dari orang tua jaman dulu tentang asal-usul Desa Lebakwangi, pada umumnya mereka mempunyai asumsi yang berbeda-beda namun ada pula diantara mereka yang asumsinya sama. Dari beberapa informasi yang saya dapat dari sesepuh desa, saya akan bahas salah sejarah atau asal-usul Desa Lebakwangi.
Lebakwangi berasal dari dua kata, yaitu Lebak dan Wangi. Lebak yang artinya kawasan kolam/ sungai tempat untuk mandi, mencuci baju, mencuci piring pada masyarakat jaman dulu. Sedangkan Wangi itu sendiri, konon waktu dulu kawasan kolam/ sungai didaerah tersebut airnya wangi. Sehingga daerah tersebut diberi nama Lebakwangi.

B.      Sistem Pemerintahan di Desa Lebakwangi
Menurut tokoh masyarakat yang saya wawancarai, pemerintahan Desa Lebakwangi dari dulu dipimpin oleh seorang yang disebut sebagai Kepala Desa, namun warga dikampung saya lebih familiar dengan sebutan Kuwu.
Kepala Desa atau Kuwu dipilih oleh masyarakat dengan cara pemilihan umum, seperti halnya pemilihan calon Bupati, calon Gubernur ataupun pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden. Masa jabarannya pun sama yakni selama lima tahun, Kepala Desa yang telah habis masa jabatannya selama lima tahun boleh mencalonkan kembali sebagai calon Kepala Desa untuk periode kedua. Namun setelah periode kedua berakhir, tidak bisa mencalonkan lagi karena hanya diberi kesempatan dua periode tujuannya untuk member kesempatan kepada masyarakat yang lain.

C.     Keadaan Sosial Ekonomi di Desa Lebakwangi
Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Lebakwangi adalah sebagai petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertama karena sudah turun temurun sejak dahulu masyarakat lebakwangi bermatapencaharian sebagai petani. Kedua, karena minimnya tingkat pendidikan masyarakat sehingga masyarakat tidak memiliki keahlian lain dan tidak punya pilihan lain selain menjadi petani ataupun buruh tani.
Di Desa Lebakwangi ada dua macam petani, yaitu petani asli dan petani garap. Petani asli yaitu petani yang memiliki sawah sendiri dan menggarap sawah tersebut dikerjakan oleh sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain. Sedangkan untuk petani garap, yaitu petani yang menggarap sawah milik orang lain atau bukan milik sendiri. Hal ini terjadi karena orang yang mempunyai sawah tidak begitu mahir dalam menggarap sawah ataupun karena memiliki pekerjaan lain sehingga tidak ada waktu untuk menggarap sawah. Pemilik sawah tersebut mencari orang yang dirasa cukup mahir dalam menggarap menggarap sawahnya agar hasil panennya lebih baik dan agar sawah miliknya tidak terbengkalai karena tidak ada yang menggarap.
Pada tahun1980-an, para petani menggarap sawahnya dengan ditanami padi dan jagung. Keadaan pertanian di Desa Lebakwangi sangat mengandalkan hujan (tadah hujan), sehingga jika pada masa penghujan sawah mereka ditanami padi, sedangkan jika memasuki masa kemarau sawah mereka ditanami jagung dan kacang tanah (palawija).
Dalam menggarap sawahnya, petani masih menggunakan alat-alat tradisional dalam menggarap sawah mereka, seperti alat untuk membajak sawah masih menggunakan tenaga hewan seperti kerbau ataupun sapi. Untuk pupuk masyarakat masih menggunakan pupuk kandang atau kompos. Pupuk kompos ini sangat diandalkan oleh petani untuk menyuburkan tanah dan tanaman mereka. Pupuk kandang ini sangat sederhana, sehingga perkembangan tanaman padi terbilang lambat. Hal ini sangat mempengaruhi penghasilan para petani. irigasi juga masih sangat minim, karena sistem irigasi yang kurang baik sehingga pengairan sawah-sawah petani kurang maksimal.
Masalah irigasi yang masih sangat minim mengakibatkan hasil tani mereka tidak dapat maksimal karena masih terbatas dalam penggarapannya. Hasil yang mereka dapat hanya cukup untuk menggarap kembali sawah mereka dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan jika petani yang hanya memiliki tanah sawah yang tidak begitu luas, hasil yang didapat terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena mereka juga harus mengeluarkan biaya untuk menggarap sawah mereka selanjutnya. Untuk memenuhi kebutuhan mereka, tidak jarang mereka bekerja sebagai buruh tani ataupun buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Masuk tahun 1990-an Desa Lebakwangi mulai tersentuh dengan adanya kemajuan teknologi, tidak terkecuali kemajuan teknologi dalam bidang pertanian. Sekarang petani sudah banyak menggunakan teknologi dalam menggarap sawah mereka dan mulai meninggalkan alat-alat tradisional, seperti alat untuk membajak sawah yang dulunya menggunakan tanaga hewan sekarang sudah menggunakan tenaga mesin (traktor). Dengan menggunakan traktor pekerjaan membajak sawah jauh lebih efisien dan cepat. Selain itu, dalam penggunaan pupuk yang dulu masyarakat menggunakan pupuk kandang atau kompos sebagai pupuk andalan, sekarang sudah banyak yang menggunakan pupuk kimia dari pabrik. Dengan menggunakan pupuk kimia ini pertumbuhan tanaman padi jadi lebih baik, sehat, dan cepat. Selain itu, juga ditambah dengan adanya sistem irigasi yang jauh lebih baik sehingga para petani dapat lebih mudah menggunakan air. Sehingga ketika musim kemarau tiba, petani masih bisa menggarap sawah mereka walaupun debit air tidak sebanyak pada musim hujan.
Dengan masuknya teknologi pertanian di Desa Lebakwangi memberi keuntungan tersendiri bagi para petani terutama dari hasil sawah-sawah mereka jauh lebih maksimal. Penghasilan masyarakat Lebakwangi mulai meningkat. Kini hasil dari mereka bertani cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan mulai tumbuh dan meningkat karena didukung oleh faktor ekonomi yang semakin meningkat pula, keadaan sosial ekonomi masyarakat Lebakwangi semakin tumbuh dan berkembang.
Sedangkan pekerja buruh yang ada di Desa Lebakwangi sebagian besar menjadi buruh tani dan buruh bangunan. Buruh tani sendiri bekerja membantu petani dalam mengerjakan sawah mereka, biasanya tenaga mereka dibutuhkan untuk mencangkuli sawah atau membersihi tanaman padi dari tanaman-tanaman pengganggu. Masa kerja buruh tani tidak menentu, mereka bekerja jika ada yang membutuhkan tenaga mereka. Jika pekerjaan mereka sudah selesai, mereka akan dibayar dan selanjutnya mereka menganggur sampai ada yang menyuruh mereka untuk bekerja.
Untuk buruh bangunan sendiri keadaan ekonomi mereka tidak jauh berbeda dengan buruh tani. Buruh bangunan ini bekerja juga ada orang yang membutuhkan tenaga mereka dalam hal membangun rumah atau yang lainnya. Jika tidak ada yang menyuruh mereka, maka mereka pun tidak bekerja dan itu berarti mereka tidak mendapatkan penghasilan, bahkan ada orang yang bekerja sebagai buruh tani dan buruh bangunan. Jika ada orang yang menyuruh untuk bekerja di sawah, mereka akan mengerjakannya. Jika di saat mereka menganggur lalu ada orang yang membutuhkan tenaga mereka untuk membangun sebuah rumah, mereka juga akan bersedia untuk bekerja. Hal ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari karena upah dari buruh tani dan buruh bangunan cukup rendah. Namun tidak semua buruh tani bekerja juga sebagai buruh bangunan, hanya orang-orang tertentu saja yang menguasai dua pekerjaan tersebut.
Seiring berjalannya waktu kebutuhan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari semakin meningkat, sementara upah sebagai buruh tani dan buruh bangunan di desa sangat rendah sehingga penduduk Desa Lebakwangi banyak yang melakukan urbanisasi ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, mereka tergiur dengan upah kerja di kota yang besar. Harapan mereka dengan bekerja di kota besar mereka mendapat upah yang besar dan bisa mencukupi kebutuhan mereka. Hal ini didorong oleh berkembangnya pendidikan pada masyarakat Lebakwangi. Mereka yang telah lulus sekolah walaupun hanya lulusan SMP ataupun SMA merasa punya bekal cukup untuk bekerja di kota. Sekarang tidak sedikit dari mereka yang bekerja menjadi buruh di kota, keadaan ekonominya jauh lebih baik dan bisa mengangkat derajat hidup mereka di masyarakat dan juga menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi.

D.    Sistem Agama di Desa Lebakwangi
Secara keseluruhan masyarakat Lebakwangi beragama Islam. Untuk menunjang kegiatan keagamaan, sejumlah masjid dan mushola berdiri di setiap dusun sebagai tempat ibadah umat Islam. Kegiatan agama Islam yang dilakukan masyarakat Lebakwangi bersifat kegiatan tahunan dan kegiatan rutin.
Halal bihalal sendiri dilakukan oleh masyarakat Lebakwangi dengan mengadakan halal bihalal setiap satu tahu sekali setelah Bulan Ramadhan berakhir atau pada Hari Raya Idul Fitri. Mereka mengadakan Halal bihalal dengan tujuan untuk lebih mengeratkan tali silaturahmi di antara masyarakat dan demi syiarnya agama Islam. Setiap kaum masjid atau mushola sangat antusias untuk mengadakan pengajian Halal bihalal tersebut meskipun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Biaya untuk mengadakan Halal bihalal diperoleh dari swadaya masyarakat atau kaum masjid/mushola tersebut. Kegiatan ini sudah mengakar dan menjadi tradisi masyarakat Lebakwangi sehingga terus berjalan setiap tahunnya.
Adapun kegiatan rutin yang dilakukan adalah pengajian rutin setiap minggu yang dilakukan secara bergiliran oleh masyarakat di setiap dusun yang ada di Desa Lebakwangi. Kegiatan ini sengaja dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.

E.     Perkembangan Kebudayaan Masyarakat Lebakwangi
Masyarakat Desa Lebakwangi mulai menyadari bahwa masyarakat dan kebudayaan itu selalu berubah. Setelah adanya alat komunikasi yang memadai seperti sarana transportasi, sarana informasi dan teknologi yang semakin sedikit maju sedikit demi sedikit masyarakat Lebakwangi mengalami pergeseran. Hal ini dapat dilihat pada cara pengelolaan tanah, pengambilan hasil hutan, dan acara-acara ritual yang bersifat tradisional.
Pengelolaan tanah di Desa Lebakwangi dari dulu sampai dibukanya jalur komunikasi dengan wilayah luar masih menggunakan alat yang sederhana. Pengelolaan tanah masih sering dihubungkan dengan hal-hal irrasional, misalnya, dalam kegiatan penanaman padi. Dalam kegiatan penanaman padi masyarakat Lebakwangi masih menggunakan cara-cara kejawen atau menggunakan kalender Jawa.
Setelah dibukanya jalur komunikasi dengan wilayah lain, hal-hal semacam itu sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Sebagian besar masyarakat Lebakwangi sudah memiliki televisi, bahkan akses internet juga sudah ada. Sarana informasi yang sedemikian ini tidak mengherankan kalau perubahan kebudayaan dapat berlangsung. Masyarakat Lebakwangi yang memnanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) sering mengalami kesulitan dalam pengambilan hasil hutan seperti penebangan pohon. Adanya teknologi yang semakin cangggih yang sangat memadai keadaan ini dapat diatasi, yaitu dengan pergeseran penggunaan alat tradisional (kapak) ke mesin pemotong (gergaji mesin).
Munculnya mesin pemotong (gergaji mesin) ini sangat meringankan pekerjaan masyarakat, sehingga masyarakat dengan mudah dapat menebang pohon dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pemotongan kayu.
Perubahan kebudayaan ini melahirkan pola pikir yang lebih maju pada masyarakat Lebakwangi. Sekarang masyarakat Lebakwangi mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi setiap anak, sehingga banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Dengan demikian, tingkat pendidikan di Desa Lebakwangi semakin tinggi dan secara tidak langsung perubahan kebudayaan di Desa Lebakwangi dapat merangsang pola pikir masyarakat menjadi lebih maju.