Rabu, 03 Juli 2013

Antologi Puisi




Sore Kemarin..

Ketika hati hendak berkata
Namun mulut tak dapat bicara
Maka dengan puisi kutuangkan segalanya
Sebagai bukti ungkapan rasa.




Ahmad Asikin
PBSI 1A




Daftar Isi

Pengantar …………………………………………… 1
Kembang Melati ……………………………………... 4
Biarlah Dia ………………………………………….... 5
Ditengah Kegelapan …………………………………. 6
Negriku Hampir Punah ………………………………. 7
Nyanyian Malam …………………………………….. 8
Lentera Kehidupan …………………………………... 9
Jika Janji-Mu Adalah Sora ………………………….  10
Negriku Menangis Lagi ……………………………..  11
Puisi Untuk Ibu ……………………………………... 12
Ditikam Cinta ………………………………………. 13
Tak Selamanya Terang ……………………………...  14
Tafakur …………………………………………….... 15
Sore Kemarin ……………………………………….. 16
Hanya Untuk-Mu …………………………………… 17
Waktu ………………………………………………. 18

Kembang Melati

dalam ruang sempit nan sederhana
beralas tikar lusuh dan kusam
aku terkapar dalam lelahhnya kesibukan
ditemani riang
bintang malam

lelah ini semakin menjelma
sementara kewajiban masih tertunda
tekapar, hanya bisa terkapar
diatas kasur yang datar

tak ada
kembang yang memotivasi
untuk ku berdiri dan berlari
inilah konsekwensi
sebagai lelaki tak beristri

terkadang ingin
ku miliki
setangkai bunga melati

Tuhan..
dimana
Kau sembunyikan
semerbak yang ku idamkan

Tuhan..
kapan
Kau pertemukan
kembang yang ku dambakan

Tuhan..
aku mengharapkan
jawaban atas segala penantian


Biarlah Dia

waktu begitu cepat berlalu
hingga terbuai indahnya masa lalu
ku sisakan dua hari dalam seminggu
tuk melepas penat yang membelenggu

waktu begitu cepat berlalu
hari esok telah menunggu
ku siapkan segala sesuatu
agar pikirku tak terganggu

beginilah
mahasiswa
berjuang demi cita-cita
berusaha sekuat tenaga
agar hasil tak sia-sia

taqdir hidup siapa tahu
biar urusan yang Mahatahu
tugasku
berusha dan berdoa
yang t
entukan biarlah Dia

Ditengah Kegelapan

malam kian larut
jiwaku sepi hingga tak ada arti
perlahan hujan mulai turun
basahi rinduku hingga tak bertepi  

rintik hujan
semakin deras
hingga wajahmu tak nampak jelas
ibarat fatamorgana yang begitu luas
ku terima keputusanmu dengan ikhlas

aku bagai hidup ditengah
hutan
tak ada kawan, hanya ada kesepian
ingin ku putar waktu
tuk mengulang kisah yang berlalu

jiwaku mati ditelan penyesalan
rasaku hancur dihempas kesombongan
kisahku tlah menjadi abu
yang tersisa hanya kenangan yang membelenggu


Negriku Hampir Punah

Negeri yang kusinggahi
kini tak ramah lagi
sampah-sampah berserakan
dalam ruang pengadilan

awan hitam mulai mendekap
makin dekat dan merapat
hingga tak dapat melihat
siapa pejabat, siapa penjahat

Negriku kebanggaanku
namun itu dulu

Negriku hampir punah
diserang ganasnya wabah

Negriku kehilangan pondaasi
tuk menampung segala aspirasi





Nyanyian Malam


nanyian malam tak pernah sumbang
iringi langkahku hingga menghilang
desis angin hantarkan ku pada peraduan
'tuk melepas lelah disela kesibukan

rasa ini sempat hilang ditelan gemerlap malam
tak ada yang tau kapan ia pulang
atau mungkin tetep menghilang
dalam pekatnya malam



Lentera Kehidupan

Kau adalah lilin kecil penerang kegelapan
cahayamu terangi seluruh alam

Kau adalah lentera kehidupan
cahayamu tak pernah padam hingga akhir zaman

Kau adalah mentari jagat raya
tak pernah mengharap balas jasa

sabda-Mu adalah petunjuk bagi kaum terpuruk
syafaat-Mu adalah penolong dari jurang siksa
sholawat ku,
salam ku,
untuk-Mu!


Jika Janji-Mu Adalah Sorga

jika janji-Mu adalah sorga
takkan ku biarkan waktu berlalu
jika janji-Mu adalah bahagia
ku rela habiskan waktu tuk memuja-Mu

keyakinanku terombang ambing dilaut lepas
hingga keraguan menyelimuti jiwa
mata hati mulai kehilangan arah
bagai tersesat dipegunungan himalaya

tak ada arah untuk ku melangkah
hanya kegelapan menyelimuti jalan
namun ketika ku tatap bintang
ku yakin inilah penerang untuk pulang


Negriku Menangis Lagi

duka ini semakin dalam
bersemayam hingga larut malam
duka ini mengiris hati, menyisit rasa
hingga menjadi luka

Negriku menangis lagi ketika angin kabarkan duka

air mata tak dapat terbendung
langit mendung turut berkabung


Puisi Untuk Ibu

beban hidup kau pikul tanpa keluh
keringat mengucur darah namun kau tetap tabah
semangatmu tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar

Ibu..
hanya luka yang ku beri
hanya duka yang kau dapati

Ibu..
pasir pantai adalah kasihmu
lautan adalah cintamu

Ibu..
air matamu adalah doa bagiku
langkahmu adalah bekal hidupku

Ibu..
dalam hening aku merindukan mu
canda, tawa mu adalah semangat hidupku


Ditikam Cinta

aku pernah ditikam cinta
dibuai rindu pada detik yang sama
kudekap bulan, kurangkul bintang
bercengkrama dalam alunan sumbang

langit memandang sinis
alam mendakwa bengis

cintaku terbang
rinduku melayang
yang tersisa hanya angan

perlahan cinta ini pudar
hingga nadi tak dapat bergetar




Tak Selamanya Terang

burung berkicau di alam bebas
berkicau dalam sangkar takut pada si tuan
dewasa adalah realitas
bukan usia
atau identitas

kepala tak selamanya
diatas
kadang dibawah, kadang ditengah
jemari perlahan mulai lepas
tinggalkan luka lalu merambah
kesegala arah

bulan tak selamanya terang
kadang redup terhalang kabut

jabatan bukan status belaka
yang berjalan di
atas penguasa
realitas merupakan prioritas
sebagai bukti kualitas

rakyat boleh berteriak
agar di
atas dapat melihat
bukan teriakan
-teriakan maling
namun teriakan suara
hati

perpecahan adalah musibah
bagai injuk yang terpisah

apalah arti maaf jika hati tak berucap
bersihkan hati, bersikan jiwa
agar mulut tak sekedar mangap


Tafakur

bias-bias mentari terangi isi bumi
awan menari langit berseri
aku termenung tafakuri ciptaMu
perempuan satu dan hitamnya waktu  

hari pagi sambut kau kembali
mengusap nadi mengelus hati

terpaku dalam rimbunya bambu
ciptaMu tak dapat ku ungkap segala sendu

rumput ilalang
tumbuh dihalaman
sempit jalan mendekap lamunan
mengapa semua diciptakan?
sementara sang Pencipta tak kunjung datang

semua
menjadi rahasia bagi setiap hamba

makna hidup pelajari, fahami jati diri
dipenghujung hari semua tak kan teringkari


Sore Kemarin

surya redup tak seperti biasanya
awan peluk gunung dengan dekapnya
terdengar lalu lalang riuhnya kendaraan
seolah tak ada yang bisa menahan

aku duduk diatas balkon depan gerbang
menunggu peserta tak kunjung datang
terlintas ingin beranjak lalu pulang
‘tuk bercengktrama bersama orang tersayang

organisasi adalah adalah jati diri
‘tuk mengembangkan segala potensi
meski waktu banyak terisolasi
ku yakini ada hikmah tersembunyi


Haya Untuk-Mu
perjalanan hidup adalah rahasiaMu
ku yakini semua kehendakMu
tak ada yang mampu meramal taqdirMu
karna hidup ada digenggam tanganMu

ku ucap syukur hanya untukMu
atas segala kasih sayangMu
nikmatMu bagai bintang diangkasa
berjuta juta tak terhingga

sempat kuragukan kekuasaanMu
hingga ku tak percaya keberadaanMu
namun Kau jawab semua keraguanku
dengan nikmat yang tak terduga olehku

Kau adalah pahlawan dalam hidupku
Kau beri jalan untuk menggapai cita-citaku
Kau adalah sahabat karibku
tempat ku curahkan segala resah malam-malamku


Waktu
terlalu sedikit waktu
memulihkan masa lalu
terlalu sempit waktu
hingga rasaku terasa kaku

apa yang bisa kau banggakan
sementara laguku tak pernah kau dendangkan
pintu hati tlah tertutup rapat
tak satupun kembang dapat melihat

kalau tiba waktuku
haya Kau yang ku mau
hanya Kau yang ku tunggu
tuk mohon ampun atas dosaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar