Minggu, 02 Februari 2014

Laporan Penelitian Sikap Bahasa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Kuningan



SOSIOLINGUISTIK
“Sikap Bahasa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Tingkat Satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan”


LAPORAN PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sosiolinguistik
Dosen Pengampu
Asep Jejen Jaelani, M.Pd.






Oleh
Kelompok 3

1.      Ahmad Asikin
2.      Dini Pandini
3.      Egy Hardiyanti Sari
4.      Nurjanah
5.      Rifal Rifaldi
6.      Rani Yulianingsih






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
2014

















KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian sosiolinguiatik tentang “Sikap Bahasa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Tingkat Satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui sikap bahasa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) terhadap Bahasa Indonesia, sekaligus untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Sosiolinguistik.
Dalam melakukan penelitian ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak baik bersifat moril maupun materil, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih terutama kepada Bapak Asep Jejen Jaelani, M.Pd. yang telah mengajarkan, membimbing, mengarahkan serta memberi motivasi kepada kami khususnya dalam melakukan penelitian ini, mahasiswa PBI FKIP Universitas Kuningan tingkat satu yang telah bersedia dijadikan sebagai objek penelitian, dan masih banyak pihak-pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, mustahil penelitian ini dapat terlaksana.
Menyadari akan kekurangan dan kelemahan kami, baik dalam melakukan penelitian maupun dalam menyusun laporan hasil penelitian ini, kami sangat mengharapkan kritik disertai saran yang membangun terutama dari Bapak Asep Jejen Jaelani, M.Pd. selaku dosen pengampu untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan semoga kebaikan orang-orang yang telah membantu kami dalam melakukan penelitian ini mendapatkan pahala dari Allah Swt. Aamiin.


Kuningan, 27 Januari 2014

Penyusun










DAFTAR ISI
 

LEMBAR JILID 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang Masalah 4
1.2. Rumusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.4. Manfaaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI 6
2.1. Pengertian Sikap Bahasa 6
2.2. Komponen Sikap 6
2.3. Jenis-jenis Sikap Bahasa 8
2.4. Ciri-ciri Sikap Bahasa 8
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Bahasa Negatif 9
2.5. Pemilihan Bahasa 10

BAB III METODE PENELITIAN 12
3.1. Metode Penelitian 12
3.2. Teknik Penelitian 12
3.2.1. Teknik Pemerolehan Data 12
3.2.2. Teknik Pengolahan Data 12
3.3. Populasi 13
3.4. Sampel 13

BAB IV ANALISIS DATA 14
4.1. Data Penelitian 14
4.2. Analisis Data Penelitian 15

BAB V PENUTUP 16
5.1. Simpulan 16
5.2. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17














BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia, baik lisan maupun tulisan. Sumpah pemuda 1928 berisi tentang pengakuan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional. Begitu pula dalam UUD 1945 pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara yang mempunyai dasar hukum.
Fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu sebagai lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas nasional, alat perhubungan antar daerah, alat pemersatu berbagai suku bangsa yang ada di nusantara. Sedangkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yaitu sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional, alat pengembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, sudah seharusnya kita selaku warga negara indonesia yang baik menyadari akan adanya norma dalam Bahasa Indonesia. Sudah selayaknya dalam berkomunikasi kita menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah yang telah ditetapkan. Namun seiring berkembangnya zaman, Bahasa Indonesia kini mulai dipandang sebelah mata, kesetiaan bangsa Indonesia dalam menggunakan Bahasa Indonesia mulai melemah, tidak mempunyai lagi rasa bangga terhadap Bahasa Indonesia, bahkan kadangkala kita lebih bangga terhadap bahasa lain, misalnya bahasa inggris.
Selain itu, banyak penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam menggunakan Bahasa Indonesia, baik penggunaan dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi bisa berupa interferensi, alih kode, campur kode, dan sebagainya. Bahkan judul artikel disebuah majalah ada yang mengatakan bahwa “Bahasa Indonesia adalah Bahasa Asing di Indonesia”, sungguh miris ketika membaca kalimat tersebut. Meskipun hanya sebuah opini, namun ketika kita peka terhadap kondisi saat ini pernyataan tersebut ada benarnya juga. Sebagai contoh kadang masyarakat Indonesia lebih bangga ketika berbicara dengan menggunakan Bahasa Inggris daripada berbicara menggunakan Bahasa Indonesia, atau lebih senang berbicara dengan menggunakan bahasa tidak baku daripada berbicara dengan menggunakan bahasa baku. Itu semua terjadi bukan bukan karena alamiah, namun karena disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sikap negatif terhadap Bahasa Indonesia.
1.2.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan mencoba merumuskan masalah sebagai berikut.
Bagaimana sikap bahasa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) tingkat satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan terhadap Bahasa Indonesia?

1.3.  Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
Ingin mengetahui sikap bahasa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) tingkat satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan terhadap Bahasa Indonesia.
1.4.  Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Manfaat Teoritis
Hasil  penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan dibidang ilmu kebahasaan, khususnya Sosiolinguistik. Selain itu diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penyimpangan dalam menggunakan Bahasa Indonesia baik penyimpangan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
b.    Manfaat Praktis
1)      Bagi peneliti, melalui penelitian ini penulis bisa mengetahui sikap bahasa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia.
2)      Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.






BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Sikap Bahasa
Sebelum membahas lebih jauh mengenai sikap bahasa, ada baiknya kita pahami dulu apa itu sikap dan apa itu bahasa. Kata sikap dapat mengacu pada perilaku atau gerak-gerik dan perbuatan atau tindakan yang di lakukan sebagai reaksi atas suatu hal atau kejadian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1303) sikap merupakan perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan. Lebih lanjut Osgood dan Tannenbaum (dalam Alex Sobur, 2011: 356) mengatakan bahwa sikap bisa diungkapkan melalui bahasa, sikap bisa diungkapkan sampai batas-batas tertentu tanpa kata-kata, namun konsep sikap akan sangat miskin jika diterapkan pada spesies yang tidak bisa berbicara. Berdasarkan pendapat Osgood dan Tannenbaum sangat jelas bahwa sikap sangat berkaitan dengan manusia.
Sikap merupakan fenomena kejiwaan yang biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku. Namun tidak selalu yang dilakukan secara lahiriah merupakan cerminan dari sikap batiniah, banyak faktor yang mempengaruhi hubungan sikap batin dan peilaku lahir. Sikap berupa pendirian, pendapat atau pandangan dalam batin yang tidak bisa diamati secara empiris. Sedangkan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitler,yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat, untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 116). Jadi, sikap bahasa adalah perilaku, perbuatan atau tindakan seseorang/sekelompok orang terhadap suatu bahasa dalam berinteraksi.
Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain. Keadaan dan proses terbentuknya sikap bahasa tidak jauh dari keadaan dan proses terbentuknya sikap pada umumnya. Sebagaimana halnya dengan sikap, maka sikap bahasa juga merupakan peristiwa kejiwaan sehingga tidak dapat diamati secara langsung. Sikap bahasa dapat diamati melalui perilaku berbahasa atau perilaku tutur (Chaer dan Agustina, 2010: 149).

2.2. Komponen Sikap
Menurut Lambert (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 150) menyatakan bahwa sikap itu terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
a.       Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan mengenai alam sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang dipergunakan dalam proses berpikir.
b.      Komponen afektif menyangkut masalah penilaian baik dan buruk, suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Jika seseorang memiliki nilai rasa baik atau suka terhadap suatu keadaan, maka orang itu dikatakan memiliki sikap positif. Jika sebaliknya, disebut memiliki sikap negatif.
c.       Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai “putusan akhir” kesiapan reaktif terhadap suatu keadaan.

Melalui ketiga komponen inilah, orang biasanya mencoba menduga bagaimana sikap seseorang terhadap suatu keadaan yang sedang dihadapinya. Ketiga komponen sikap ini (kognitif, afektif, dan konatif) pada umumnya berhubungan dengan erat. Namun, seringkali pengalaman “menyenangkan’ atau “tidak menyenangkan” yang didapat seseorang di dalam masyarakat menyebabkan hubungan ketiga komponen itu tidak sejalan. Apabila ketiga komponen itu sejalan, maka bisa diramalkan perilaku itu menunjukkan sikap. Tetapi kalau tidak sejalan, maka dalam hal itu perilaku tidak dapat digunakan untuk mengetahui sikap.
Edward (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 150) mengatakan bahwa sikap hanyalah salah satu faktor yang juga tidak dominan dalam menentukan perilaku. Sedangkan Sugar (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 150) berdasarkan penelitiannya memberi kesimpulan bahwa perilaku itu ditentukan oleh empat buah faktor utama, yaitu sikap, norma sosial, kebiasaan, dan akibat yang mungkin terjadi. Dari keempat faktor itu dikatakan bahwa kebiasaan adalah faktor yang paling kuat, sedangkan sikap merupakan faktor yang paling lemah. Jadi, dengan demikian jelas bahwa sikap bukan satu-satunya faktor yang menentukan perilaku, tetapi yang paling menentukan perilaku adalah kebiasaan.
Anderson (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 151) membagi sikap atas dua macam, yaitu; sikap kebahasaan dan sikap nonkebahasaan. Sikap kebahasaan misalnya sikap politis, sikap keagamaan, dan lain-lain. Menurut Anderson, sikap bahasa adalah tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai objek bahasa, yang memberikan kecenderungan seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disenanginya.



2.3. Jenis-jenis Sikap Bahasa
Jenis Sikap bahasa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu sikap positif dan sikap negatif.
a.       Sikap Positif
Sikap bahasa positif yaitu sikap yang berhubungan dengan tingkah laku yang tidak bertentangan dengan kaidah atau norma yang kebahasaan yang berlaku, atau suatu sikap setia dan bangga terhadap suatu bahasa.
b.      Sikap Negatif
Sikap negaif bahasa akan menyebabkan orang acuh tak acuh terhadap pembinaan dan pelestariaan suatu bahasa. Mereka menjadi tidak bangga lagi memakai bahasa sendiri sebagai penanda jati diri, bahkan mereka merasa malu memakai bahasa terebut.

2.4. Ciri-ciri Sikap Bahasa
Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 153) merumuskan tiga ciri sikap bahasa yaitu:
a.       Ciri Sikap Bahasa Positif
1)      Kesetiaan Bahasa (Language Loyalty)
Kesetiaan bahasa yang mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh bahasa lain.
2)      Kebanggaan Bahasa (Language Pride)
Kebanggaan bahasa yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat.
3)      Kesadaran Adanya Norma Bahasa (Awareness Of The Norm)
Kesadaran Adanya Norma Bahasa yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun; dan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu kegiatan menggunakan bahasa (language use).

b.      Ciri Sikap Bahasa Negatif
1)      Tidak ada gairah atau dorongan untuk mempertahankan kemandirian bahasanya
2)      Kesetiaan bahasanya mulai melemah
3)      Tidak mempunyai rasa bangga terhadap bahasanya

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Bahasa Negatif
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap bahasa negatif, diantaranya: faktor politis, faktor etnis, ras, gengsi, menganggap bahasa tersebut terlalu rumit atau susah dan sebagainya.
Sebagai contoh yaitu penggunaan bahasa Jawa di lingkungan masyarakat Jawa, dewasa ini penggunaan bahasa Jawa dikalangan masyarakat Jawa sendiri dirasa kurang begitu antusias. Hal ini merupakan tanda-tanda mulai munculnya sikap yang kurang positif terhadap bahasa tersebut. Bahasa-bahasa daerah terkadang dianggap sebagai bahasa yang kurang fleksibel dan kurang mengikuti perkembangan jaman.
Demikian pula bahasa Jawa, anak-anak muda pada jaman sekarang kurang begitu mengerti dan antusias menggunakan bahasa tersebut, karena ada yang merasa bahwa bahasa Jawa terlalu rumit bagi mereka, banyak leksikon dari bahasa Jawa yang tidak dimengerti, ditambah dengan penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa dan sebagainya.
Hal tersebut merupakan indikasi bahwa mereka sudah tidak berminat lagi untuk mempelajari bahasa Jawa, atau hal itu juga dipengaruhi oleh perkembangan keadaan yang menghendaki segala sesuatu yang serba praktis dan simpel. Tidak hanya bahasa daerah, tetapi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pun dirasa telah mulai pudar ciri sikap bahasa positifnya.
Sikap negatif juga akan lebih terasa akibat-akibatnya apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mempunyai kesadaran akan adanya norma bahasa. Sikap tersebut nampak dalam tindak tuturnya. Mereka tidak merasa perlu untuk menggunakan bahasa secara cermat dan tertib, mengikuti kaidah yang berlaku.
Seperti halnya kasus Vicky Prasetyo yang melontarkan pernyataan-pernyataan tak lazim, menyimpang, bahkan merusak kaidah kebahasaan. Pernyataan-pernyataan tak lazim tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Konsfirasi Kemakmuran
b.      Statusisasi
c.       Labil Ekonomi
d.      Basicly
e.       Kontroversi Hati
f.        Kudeta Cinta
g.      Twenty Nine My Age
h.      Harmonisasi
i.        Mempertakut
j.        Mempersuram
Secara sosiolinguistik hal tersebut tidak menjadi masalah, sebab itu merupakan idiolek Vicky Prasetyo. Malah bisa dijadikan sebagai lahan penelitian sosiolinguistik. Akan tetapi bagi pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara tentu merupakan masalah besar, sebab itu merupakan “peristiwa perusakan” bahasa Indonesia yang sangat tidak diharapkan. Penutur yang memiliki sikap bahasa positif terhadap bahasa Indonesia, tentu tidak akan melakukan pencampuran bahasa. Dia akan menggunakan bahasa Indonesia secara cermat dan benar. Sayangnya seperti yang dilaporkan Moeliono dan Koentjaraningrat (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 160) banyakan orang Indonesia belum memiliki sikap bahasa positif terhadap bahasa nasionalnya.

2.5. Pemilihan Bahasa
Pemilihan bahasa (language choice) adalah “sebuah bahasa secara keeluruhan“ dalam suatu komunikasi. Timbulnya pemilihan bahasa disebabkan oleh terjadinya kontak bahasa, sosial, dan budaya sehingga tumbuh kelompok masyarakat tutur yang memiliki kemampuan untuk memilih bahasa atau kode bahasa dalam peristiwa tertentu, baik mempertahankan bahasa pertama  maupun melakukan pergeseran bahasa ke bahasa baru  atau mencampurkan bahasa pertama dan bahasa baru.  Dengan kata lain, seseorang yang melakukan pemilihan bahasa dalam komunikasinya sebenarnya sedang menerapkan kompetensi komunikatifnya, atau sedang menunjukkan performansi komunikatifnya. Sebagai perilaku, pemilihan bahasa hakikatnya merupakan tindakan atau perilaku dalam menggunakan bahasa terpilih berdasarkan situasi yang tersedia. Meski demikian, untuk kajian ini, istilah ‘pemilihan bahasa’ digunakan secara praktis untuk merujuk ke performansi komunikatif atau perilaku bahasa (language behavior) kendati perilaku bahasa mengandung cakupan pengertian yang lebih luas. Dalam hal ini, Blom & Gumperz mengajukan dua tipe pilihan kode:
a.       Peralihan Situasional (situational switching)
Peralihan situasional digunakan untuk mengacu ke pemilihan bahasa yang bergantung pada aneka aspek situasi, termasuk pula derajat formalitas. Sebagaimana yang dipkrediksikan, ketika situasi kebahasaannya formal dan relatif bebas dari masalah pribadi, varietas bahasa standarlah yang dipilihnya, sedangkan varietas lokal dipilih tatkala situasinya informal.
b.      Peralihan Metaforik (metaphorical switching). 
Peralihan metaforik digunakan untuk menjelaskan pemilihan bahasa yang ditentukan oleh hubungan para partisipan.

Dalam masyarakat multietnis dan multilingual, kiranya tiada seorang pun yang hanya memiliki satu kode bahasa dalam repertoir-nya. Yang kerap terjadi, bahkan, adalah orang akan senantiasa terlibat dalam kontak antar-bahasa atau antar dialek. Untuk membangun interaksi sosial menjadi cukup lancar, orang akan berusaha menerapkan kemampuan integrasi sosial dengan kelompok masyarakat dimana ia tinggal. Tingkat integrasi sosial (dan psikologis) seseorang diasumsikan cukup menentukan cepat-tidaknya ia melakukan akomodasi sosial, termasuk akomodasi berbahasa.  Asumsi didasarkan pada realitas bahwa kesupelan seseorang dalam pergaulan akan banyak menentukan cepat-tidaknya ia diterima oleh lawan bicaranya.
Ada tiga jenis pilihan dalam berbahasa:
a.       Memilih satu variasi bahasa yang sama (intra language variation);
b.      Alih kode (code switching);
c.       Campur kode (code mixing).
Sebelum itu, Giles mengidentifikasi tiga pola penggunaan bahasa:
a.       Penggunaan bahasa etnik minoritas;
b.      Bilingual dalam bahasa etnik dan bahasa dominan;
c.       Monolingual dalam bahasa dominan.

 Merujuk Giles, dapatlah dikemukakan, bahwa seorang anggota masyarakat berkemungkinan menerapkan pemilihan bahasa berikut ini:
a.       Menggunakan bahasa daerah/pertamanya (divergen);
b.      Menggunakan bahasa daerah/pertamanya dan bahasa Indonesia (konvergen);
c.       Menggunakan bahasa Indonesia (konvergen).  Pola pemilihan bahasa semacam ini diprediksikan akan dapat ditemukan dalam penelitian.
Ervin dan Trip mengidentifikasikan empat faktor utama yang menyebabkan pemilihan bahasa, antara lain:
a.       Situasi dan latar, seperti waktu dan tempat;
a.       Partisipan dalam interaksi, seperti: usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, asal, latar belakang kesukuan, dan peranannya dalam hubungan dengan partisipan lain;
b.      Topik percakapan, dapat berupa topik-topik mengenai pekerjaan, maupun peristiwa aktual;
c.       Fungsi interaksi yang merupakan fungsi percakapan di dalam interaksi.










BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, ketika akan melalukan penelitian harus jelas metode apa yang akan digunakan, misalnya metode penelitian kuanitiatif atau metode penelitian kuantitatif. Dalam metode penelitian kuantitatif masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas, sedangkan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan (Sugiyono, 2009: 30).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka metode penelitian yang kami gunakan pada penelitian “Sikap Bahasa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Tingkat Satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan” adalah metode penelitian kuantitatif, sebab masalah yang kami bawa sudah jelas mengenai sikap bahasa mahasiswa bahasa Inggris.

3.2. Teknik Penelitian
Teknik penelitian merupakan suatu teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitian. Teknik penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu: teknik penelitian data/teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.
3.2.1. Teknik Penelitian Data
Dalam penelitian ini, teknik penelitian data/teknik pengumpulan data yang kami gunakan yaitu dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada resfonden untuk dijawabnya (kuesioner/angket). Alasan kami menggunakan teknik kuesioner sebab teknik ini lebih efisien, selain itu teknik kuesioner cocok dengan penelitian ini mengingat resfonden yang kami teliti cukup banyak yakni 35 resfonden.
3.2.1. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengolahan data yang kami gunakan yaitu statistik inferensial tujuannya yaitu untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.




3.3. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 80).
Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat, yaitu yang berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan diadakannya populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi (Usman, 2011: 42).
Berdasarkan penjelasan di atas, populasi yang kami tetapkan yaitu mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) tingkat satu FKIP Unversitas Kuningan sebanyak 70 mahasiswa.

3.4. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009: 81). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul refresentatif (mewakili).
Dalam menentukan sampel ada tekniknya, teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Noprobability Sampling.
Berdasarkan penjelasan di atas, sampel yang kami ambil dari populasi  menggunakan teknik Probability Sampling (Simple Random Sampling) yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Dari jumlah populasi sebanyak 70 mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris tingkat satu, yang kami ambil sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 35 mahasiswa.






BAB IV
ANALISIS DATA
4.2. Data Penelitian
No
SS
S
TS
STS
Skor
1
8
36
12
-
56
2
4
51
2
1
58
3
40
9
12
1
62
4
52
15
2
1
70
5
24
15
16
1
56
6
12
54
4
-
70
7
24
39
-
1
64
8
24
27
8
1
60
9
28
33
4
-
65
10
20
33
8
-
65
11
4
51
4
-
61
12
16
39
6
-
61
13
-
39
6
4
49
14
28
36
2
-
66
15
40
15
6
2
63
16
4
54
2
-
60
17
4
54
2
-
60
18
12
48
2
-
62
19
40
30
-
-
70
20
-
57
2
-
59
21
20
39
4
-
63
22
60
12
2
-
74
23
44
18
4
1
67
24
32
30
4
1
67
25
32
36
2
-
70
26
64
6
4
-
74
27
32
30
2
1
65
28
20
36
6
-
62
29
12
45
4
-
61
30
36
30
1
-
67
31
16
33
8
1
58
32
16
42
4
-
62
33
20
45
-
-
65
34
8
51
2
-
61
35
8
51
2
-
61



JUMLAH

1747




4.3. Analisis Data Penelitian
a.  Kriteria Sikap Bahasa
Minimal 20                Skor 20-39     =  Rendah
40                 Skor 40-59    =  Cukup
60                 Skor 60-80    =  Tinggi
   Max    80                 Skor 80-100  =  Sangat Tinggi

b.   Analisis Data Penelitian
Rumus
∑ Skor                1747
───────── = ────── =  49,91
∑ Responden           35

Jadi, kriteria sikap bahasanya tergolong cukup.
















BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis tentang sikap bahasa, maka dapat disimpulkan bahwa sikap bahasa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris tingkat satu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan terhadap Bahasa Indonesia tergolong cukup.
Hal tersebut terbukti dari hasil analisis, dimana total skor yang telah dihitung yaitu mendapat skor 49,91.

5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, saran yang ingin kami sampaikan adalah sebagai berikut:
1.      Gunakanlah Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku, baik dalam komunkasi lisan maupun tulisan;
2.      Setialah menggunakan Bahasa Indonesia ketika dimanapun berada;
3.      Setialah menggunakan Bahasa Indonesia dalam situasi formal;
4.      Berbanggalah terhadap Bahasa Indonesia karena merupakan lambang identitas nasional;
5.      Sadarilah bahwa dalam Bahasa Indonesia ada norma yang berlaku yang harus kita patuhi sebagai warga Negara Indonesia.

















DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. (2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Hanifudin, Hani. (2012). Tips Memilih Tema Skripsi plus Menggarapnya dengan Tuntas.  Jogjakarta: Diva Press.

Keraf, Gorys. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. (1994). Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Pusat Bahasa Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Sobur, Alex. (2011). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Usman, Husaini dan Akbar, Setiady. (2011). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar