Minggu, 21 Desember 2014

Analisis Cerpen Langit Makin Mendung



ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN
(Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin)

1.      Sekilas Tentang Pengarang
Ki Pandji Kusmin adalah seorang sastrawan yang nama aslinya adalah Soedihartono. Ia menempuh pendidikan di Akademi Pelayaran Nasional, dan menjalani ikatan dinas selama enam tahun di Jakarta. Karyanya dalam bentuk cerpen yang berjudul Langit Makin Mendung menimbulkan kontroversi akibat gegabah dalam mempersonifikasikan Tuhan, Muhammad, Jibril serta sindiran terhadap pemerintahan Soekarno (Orde Lama). Cerpen tersebut diterbitkan tiga tahun setelah ledakan peristiwa politik G30S PKI,
Melalui surat kabar edisi 22 Oktober 1968, ia menyatakan sebetulnya tidak bermaksud menghina agama Islam. Tujuan sebenarnya adalah semata-mata hasrat pribadinya untuk mengadakan komunikasi langsung dengan Tuhan, Nabi Muhammad Saw, serta ingin menggambarkan keadaan agama, sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan pada masa Orde Lama.
(Sumber, dikutip dari beberapa sumber tentang identitas pengarang).

2.      Sinopsis Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin
Nabi Muhammad yang turun kembali ke bumi. Muhammad diizinkan turun oleh Tuhan setelah memberi argumen bahwa hal itu merupakan keperluan mendesak untuk mencari sebab kenapa akhir-akhir ini umatnya lebih banyak yang dijebloskan ke neraka. Upacara pelepasan pun diadakan di sebuah lapangan terbang. Nabi Adam yang dianggap sebagai pinisepuh swargaloka didapuk memberi pidato pelepasan. Dengan menunggangi buroq dan didampingi Jibril, meluncurlah Muhammad. Di angkasa biru, mereka berpapasan dengan pesawat sputnik Rusia yang sedang berpatroli. Tabrakan pun tak terhindar. Sputnik hancur lebur tak keruan. Sedangkan, Muhammad dan Jibril terpelanting ke segumpal awan yang empuk. Tak disangka, awan empuk itu berada di langit-langit. Untuk menghindari kemungkinan tak terduga, Muhammad dan Jibril menyamar sebagai elang. Dalam penyamaran itulah, Muhammad berkeliling dan mengawasi tingkah polah manusia dengan bertengger di puncak Monas (yang dalam cerpen itu disebut “puncak menara emas bikinan pabrik Jepang”) dan juga di atas lokalisasi pelacuran di daerah Senen.
Nabi Muhammad Berdialog dengan Jibril tentang kondisi sosial tanah air masa pada masa itu, seperti negeri yang meski 90 persen muslim, tetapi justru segala macam perilaku lacur, nista, maksiat, dan kejahatan tumbuh subur.
Soekarno tiba-tiba kejatuhan ilham akan pentingnya berdiri di atas kaki sendiri. Rakyat yang sudah lapar dimarahi habis-habisan karena tak mau makan lain kecuali beras. Paginya ramai-ramai koran memuat daftar menteri-menteri yang makan jagung. Lengkap dengan sekalian potretnya. Sayang rakyat sudah tidak percaya lagi, mereka lebih percaya pada pelayan-pelayan Istana.
Makan pagi Soekarno memang bukan nasi, tapi roti panggang bikinan koki Perancis di HI. Guna mencegah darah tingginya kumat, dia memang tak makan daging. Terpaksa hanya telur goreng setengah matang dicampur sedikit madu pesanan dari Arab sebagai pengiring roti. Menyusul buah apel kiriman Kosygin dari Moskow. Namun rakyat tidak heran atau marah. Seakan-akan sudah jamak seorang presiden harus berbohong dan buka mulut seenaknya. Rakyat Indonesia rata-rata memang pemaaf serta baik hati. Kebohongan dan kesalahan Pemimpin selalu disambut dengan dada lapang.

3.      Tema
Tema dalam Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin adalah tentang keadaan agama, politik, sosial, dan kebudayaan pada masa orde lama.
Sebab, dalam cerpen ini diceritakan tentang keadaan bangsa Indonesia yang 90% memeluk agama Islam tetapi justru segala macam perilaku lacur, nista, maksiat, dan kejahatan tumbuh subur.Selain itu dalam cerpen ini juga dideskripsikan tentang keadaan politik pada masa kejayaan Soekarno.
Berikut beberapa kutipan yang mendukung penjelasan mengenai tema:
1)      . . . “Soal 90 juta hanya menurut statistik bumiawi yang ngawur. Dalam catatan Abubakar di surga, mereka tak ada sejuta yang betul-betul Islam!" "Soal 90 juta hanya menurut statistik bumiawi yang ngawur. Dalam catatan Abubakar di surga, mereka tak ada sejuta yang betul-betul Islam!" (Ki Pandji Kusmin, 1968: 4)
2)      . . . . di atas Pasar Senen tercium bau timbunan sampah menggunung, busuk dan mesum. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 8)
3)      . . .  Pelacur-pelacur dan sundal-sundal asyik berdandan Bedak-bedak penutup bopeng, gincu-gincu merah murahan, dan pakaian-pakaian pengantin bermunculan. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 9)
4)       . . . "Tidak Pak. Komunis yang berbahaya, Pak!" (Ki Pandji Kusmin, 1968: 6)

4.      Alurn atau Plot
Susunan alur/plot dalam Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin adalah Sebagai berikut:
1)      Pengarang mulai melukiskan keadaan
Lama-lama mereka bosan juga dengan status pensiunan nabi di surgaloka. Petisi dibikin mohon (dan bukan menuntut) agar pensiunan-pensiunan diberi cuti bergilir turba ke bumi, yang konon makin ramai saja. Refreshing sangat perlu. Kebahagiaan berlebihan justru siksaan bagi manusia yang biasa berjuang. “Kami bukan malaikat atau burung perkutut, bibir-bibir kami sudah pegal-pegal kejang memuji kebesaranMu, beratus tahun tanpa henti”.

2)      Peristiwa yang bersangut paut mulai bergerak
Muhammad tertunduk, terasa betapa hidup manusia hanya jalinan-jalinan penyadong sedekah dari Tuhan. Alangkah nista pihak yang selalu mengharap belas kasihan. Ia ingat, waktu sowan ke surga dulu dirinya hanya sekeping jiwa telanjang.
"Apa sebenarnya kau cari di bumi? Kemesuman, kemunafikan, kelaparan, tangis dan kebencian sedang berkecamuk hebat sekali", tanya Tuhan.
"Hamba ingin mengadakan riset", jawabnya lirih.
"Tentang apa?", tanya Tuhan.
"Akhir-akhir ini begitu sedikit umat hamba yang masuk surga", Jawab Muhammad

3)      Keadaan mulai memuncak
Muhammad tak hendak beranjak dari awan tempatnya berdiri. Hatinya bimbang pedih dan dukacita. Wajahnya gelap, segelap langit mendung di kiri-kanannya. Jibril menatap penuh tanda tanya, namun tak berani bertanya.
Musim hujan belum datang-datang juga. Di Jakarta banyak orang kejangkitan influensa, pusing-pusing dan muntah-muntah. Naspro dan APC sekonyong-konyong melonjak harga. Jangan dikata lagi pil vitamin C dan ampul penstrip. Kata orang, sejak pabriknya diambil alih bangsa sendiri, agen-agen Naspro mati kutu. Hanya politik-politik Cina dan tukang-tukang catut orang dalam leluasa nyomoti jatah lewat jalan belakang.
Koran sore Warta Bhakti menulis: Di Bangkok 1000 orang mati kena flu, tapi terhadap flu Jakarta Menteri Kesehatan bungkem. Paginya Menteri Kesehatan yang tetap bungkem dipanggil menghadap Presiden alias PBR.

4)      Pristiwa mulai klimaks
Desas-desus Soekarno hampir mati lumpuh cepat menjalar dari mulut ke mulut. Meluas seketika, seperti loncatan api kebakaran gubuk-gubuk gelandangan di atas tanah milik Cina.
Sampai juga ke telinga Muhammad dan Jibril yang mengubah diri jadi sepasang burung elang. Mereka bertengger di puncak menara emas bikinan pabrik Jepang. Pandangan ke sekeliling begitu lepas bebas.

5)      Pemngarang memberikan penyelesaian masalah
Sayang, ramalan dukun-dukun Cina sama sekali meleset, Soekarno tidak jadi
lumpuh, hanya sedikit pincang. Dan pincang tak pernah bikin orang mati. Tanda-tanda kematian tak kunjung tampak, sebaliknya Soekarno makin tampak muda dan segar. Kata orang dia banyak injeksi H-3, obat pemulih tenaga kuda.
Kecewalah sang Togog melihat Baginda Raja makin rajin pidato, makin gemar menyanyi, makin getol menari dan makin giat menggilir ranjang istri-istri yang entah berapa jumlahnya. Hari itu PBR dan Togog termangu-mangu berdua di Bogor. Briefing dengan panglima-panglima berakhir dengan ganjalan-ganjalan hati yang tak lampias.

5.      Tokoh dan Perwatakan
Berikut adalah tokoh tokoh dalam Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin serta penggambarannya:
1)      Tuhan
Tuhan mempunyai karakter Maha pemurah, Maha adil, dan Maha bijaksana.
Berikut bukti kutipannya:
"Apalagi yang kurang di surgaku ini? Bidadari jelita berjuta, sungai susu, danau madu. Buah apel emas, pohon limau perak. Kijang-kijang platina, burung-burung berbulu intan baiduri. Semua adalah milikmu bersama, sama rasa sama rata!" (Ki Pandji Kusmin, 1968: 1)

2)      Muhammad
Muhammad mempunyai karakter tidak pernah puas, suka mengeluh, dan selalu ingim tahu. Berikut bukti kutipannya:
a.      Tuhan terpaksa menggeleng-gelengkan kepala, tak habis pikir pada ketidakpuasan dibenak manusia dan dipanggillah penanda tangan pertama: Muhammad dari Madinah, Arabia. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 1)
b.      “Bibir-bibir kami sudah pegal-pegal kejang memuji kebesaranMu; beratus tahun tanpa henti". (Ki Pandji Kusmin, 1968: 1)
c.       "Hamba ingin mengadakan riset," jawabnya lirih. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 2)

3)      Adam
Adam mempunyai karakter berwibawa dan optimis. Berikut bukti kutipannya:
Ya, saudara-saudara para suci! Sebagai kaum arrive surga, kita tak boleh melupakan perjuangan saudara-saudara kita di bumi melawan rongrongan iblis-iblis di neraka beserta antek-anteknya. Kita harus bantu mereka dengan doa-doa dan sumbangan-sumbangan pikiran yang konstruktif, agar mereka semua mau ditarik ke pihak Tuhan; sekian. Selamat jalan Muhammad. Hidup persatuan Rakyat Surga dan Bumi." (Ki Pandji Kusmin, 1968: 3)

4)      Sulaiman
Sulaiman mempunyai karakter bijaksana. Berikut bukti kutipannya:
“Mintalah surat jalan pada Sulaiman yang bijak di sekretariat” (Ki Pandji Kusmin, 1968: 2)

5)      Jibril
Jibril mempunyai karakter santun dan sangat menghormati Muhammad. Berikut bukti kutipannya:
"Wahai yang terpuji, jurusan mana yang paduka pilih?" Jibril bertanya takzim. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 2)

6)      Tabib Cina
Tabib Cina mempunyai karakter jahat. Berikut bukti kutipannya:
Di sudut gelap istana tabib Cina berbisik-bisik dengan seorang menteri. "Gembira sekali nampaknya dia". "Itu tandanya hampir mati". (Ki Pandji Kusmin, 1968: 7)

7)      Soekarno
Soekarno mempunyai karakter suka perpesta dan gemar “main perempuan”. Berikut bukti kutipannya:
“. . . , makin gemar menyanyi, makin getol menari dan makin giat menggilir ranjang istri-istri yang entah berapa jumlahnya” (Ki Pandji Kusmin, 1968: 13)

6.      Latar atau Setting
Berikut adalah latar atau setting yang terdapat Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Pandji Kusmin.
1)      Latar Tempat
a.       di Sorga
"Apalagi yang kurang di surgaku ini? (Ki Pandji Kusmin, 1968: 1)
b.      di Jakarta
“Di Jakarta banyak orang kejangkitan influensa, pusing-pusing dan muntah-muntah”. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 5)

2)      Latar Sosial
“Pelacur-pelacur dan sundal-sundal asyik berdandan Bedak-bedak penutup bopeng, gincu-gincu merah murahan, dan pakaian-pakaian pengantin bermunculan”. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 9)

3)      Latar Waktu
a.      Senja
“Senja terkapar menurun” (Ki Pandji Kusmin, 1968: 9)
b.      Malam
“Malam bertebar bintang di sela-sela awan”. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 9)

4)      Latar Suasana
a.       Kemelut
“Di depan toko buku Remaja suasana meriak kemelut, ada copet tertangkap basah”. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 10)
b.      Sepi
“. . .untuk mengisi kesepian kita di surga”. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 10)

7.      Titik Pengisahan atau Juru Cerita
Titik Dalam Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Pandji Kusmin titik pengisahan yang digunakan adalah sebagai tokoh, dengan ciri ber “aku”.
Berikut bukti kutipannya, pada kutipan berikut pengarang menggunakan diksi “hamba”:
"Hamba ingin mengadakan riset," jawabnya lirih. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 10)

8.      Gaya Pengarang
Gaya pengarang dalam mendeskripsikan seluruh cerita dalam Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin sangat kreatif dan berbobot terutama dalam mengembangkan tema. Sebetulnya tema yang diangkat merupakan tema yang sederhana, akan tetapi Ki Pandji Kusmin mampu mengemasnya menjadi sesuatu yang luar biasa. Kemudian dalam menggambarkan tokoh, ada beberapa tokoh yang sengaja dibuat secara abstrak. Sehingga pembaca diajak untuk ikut larut dalam alur imajinasi pengarang.



9.      Amanat
Amanat yang terkandung dalam Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin adalah sebagai berikut:
a.       Sadarilah sungguh-sungguh agama apa yang kita yakini
Dalam Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Pandji Kusmin diceritakan bahwa 90%  bakyat Indonesia khususnya di Jakarta memeluk agama Islam, tetapi pada keyataannya mereka tidak menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai muslim.
b.      Jauhi maksiat!
Dalam Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Pandji Kusmin diceritakan tentang kehidupan sosial di Jakarta pada masa pemerintahan Soekarno. Kemaksiatan yang terjadi pada masa itu sudah bukan hal yang tabu lagi, bahkan para pejabat publik pun banyak yang terjerumus dalam lebah kemaksiatan.
c.       Jadilah pemimpin yang amanah untuk kepentingan rakyatnya!
Dalam Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Pandji Kusmin diceritakan tentang sosok Soekarno sebagai pemimpin bangsa (Presiden) yang gemar berpesta dengan para pejabat pemerintahan, gemar “bermain wanita”, tanpa memikirkan nasib rakyat yang dipimpinnya. Sehingga hilanglah rasa kepercayaan rakyat terhadap Soekarno, seperti pada kutipan berikut Sayang rakyat sudah tidak percaya lagi, mereka lebih percaya pada pelayan-pelayan Istana”. Akan tetapi rakyat tidak heran atau marah, seakan-akan sudah jamak seorang presiden harus berbohong dan buka mulut seenaknya. Rakyat Indonesia rata-rata memang pemaaf serta baik hati, kebohongan dan kesalahan Pemimpin selalu disambut dengan dada lapang.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar