Jumat, 18 Oktober 2013

Sejarah dan Konsep Geografis Desa Lebakwangi



ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
“Sejarah dan Konsep Geografis Desa Lebakwangi”

LAPORAN OBSERVASI
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dosen Pengampu
Dede Awaludin, M.Pd.









Disusun Oleh
AHMAD ASIKIN
NIM : 2012011002










PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
TAHUN 2013









Sejarah dan Konsep Geografis Desa Lebakwangi

A.     Sejarah Desa Lebakwangi
Banyak asumsi dari orang tua jaman dulu tentang asal-usul Desa Lebakwangi, pada umumnya mereka mempunyai asumsi yang berbeda-beda namun ada pula diantara mereka yang asumsinya sama. Dari beberapa informasi yang saya dapat dari sesepuh desa, saya akan bahas salah sejarah atau asal-usul Desa Lebakwangi.
Lebakwangi berasal dari dua kata, yaitu Lebak dan Wangi. Lebak yang artinya kawasan kolam/ sungai tempat untuk mandi, mencuci baju, mencuci piring pada masyarakat jaman dulu. Sedangkan Wangi itu sendiri, konon waktu dulu kawasan kolam/ sungai didaerah tersebut airnya wangi. Sehingga daerah tersebut diberi nama Lebakwangi.

B.    Sistem Pemerintahan di Desa Lebakwangi
Menurut salah satu tokoh masyarakat, pemerintahan Desa Lebakwangi dari dulu dipimpin oleh seorang yang disebut sebagai Kepala Desa, namun warga dikampung saya lebih familiar dengan sebutan Kuwu.
Kepala Desa atau Kuwu dipilih oleh masyarakat dengan cara pemilihan umum, seperti halnya pemilihan calon Bupati, calon Gubernur ataupun pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden. Masa jabarannya pun sama yakni selama lima tahun, Kepala Desa yang telah habis masa jabatannya selama lima tahun boleh mencalonkan kembali sebagai calon Kepala Desa untuk periode kedua. Namun setelah periode kedua berakhir, tidak bisa mencalonkan lagi karena hanya diberi kesempatan dua periode tujuannya untuk member kesempatan kepada masyarakat yang lain.

C.     Keadaan Sosial Ekonomi di Desa Lebakwangi
Mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Lebakwangi adalah sebagai petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertama karena sudah turun temurun sejak dahulu masyarakat lebakwangi bermatapencaharian sebagai petani. Kedua, karena minimnya tingkat pendidikan masyarakat sehingga masyarakat tidak memiliki keahlian lain dan tidak punya pilihan lain selain menjadi petani ataupun buruh tani.
Di Desa Lebakwangi ada dua macam petani, yaitu petani asli dan petani garap. Petani asli yaitu petani yang memiliki sawah sendiri dan menggarap sawah tersebut dikerjakan oleh sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain. Sedangkan untuk petani garap, yaitu petani yang menggarap sawah milik orang lain atau bukan milik sendiri.

D.    Sistem Agama di Desa Lebakwangi
Hampir 99% persen masyarakat Desa Lebakwangi memeluk agama Islam. Adapun kegiatan rutin yang dilakukan adalah pengajian rutin setiap minggu yang dilakukan secara bergiliran oleh masyarakat di setiap dusun yang ada di Desa Lebakwangi. Kegiatan ini sengaja dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.

E.  Konsep Lokasi
Untuk lokasi sendiri, Desa Lebakwangi terletak disebelah timur Kuningan Kota. Lokasi di Desa Lebakwangi sangat strategis terutama dalam hal pertanian, inilah yang menjadi alasan mayoritas masyarakat Desa Lebakwangi berprofesi sebagai petani.

F.   Konsep Keterjangkauan
Dalam konsep keterjangkauan Desa Lebakwangi sudah cukup maju dalam hal sarana dan prasarana terutama ketersediaan sarana dan alat transportasi sehingga memudahkan masyarakat. Selain itu Desa Lebakwangi sangat mudah dijangkau karena letaknya dekat perkotaan.

G.  Konsep Jarak
Berbicara masalah konsep jarak, Desa Lebakwangi merupakan salah satu desa yang jarak tempuh ke desa lain cukup dekat. Misalnya, jarak Desa Lebakwangi ke SMA Negeri 1 Luragung (Desa Cirahayu) dapat ditempuh hanya dengan waktu 10 menit.

Demikian sejarah dan konsep geografis Desa Lebakwangi yang menjadi dasar untuk memahami fenomena geosfer dalam ilmu Geografi. Diperlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengidentifikasi suatu fenomena dalam mengkaji sejarah dan konsep suatu daerah. Maka dari itu saya selaku penulis meminta maaf jika dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar