SOSIOLINGUISTIK
“Sikap
Bahasa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Tingkat Satu Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan”
LAPORAN PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sosiolinguistik
Dosen Pengampu
Asep Jejen Jaelani, M.Pd.
Oleh
Kelompok 3
1.
Ahmad Asikin
2.
Dini Pandini
3.
Egy Hardiyanti Sari
4.
Nurjanah
5.
Rifal Rifaldi
6.
Rani Yulianingsih
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KUNINGAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan
penelitian
sosiolinguiatik tentang “Sikap
Bahasa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Tingkat Satu Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan”.
Penelitian
ini dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui sikap bahasa mahasiswa Pendidikan
Bahasa Inggris (PBI) terhadap Bahasa Indonesia, sekaligus untuk memenuhi tugas
akhir pada mata kuliah Sosiolinguistik.
Dalam melakukan penelitian ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak baik bersifat moril maupun materil, sehingga penelitian ini
dapat diselesaikan
dengan baik. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, kami selaku penyusun
mengucapkan terima kasih terutama
kepada
Bapak Asep Jejen Jaelani, M.Pd. yang telah mengajarkan, membimbing, mengarahkan
serta memberi motivasi kepada kami khususnya dalam melakukan penelitian ini, mahasiswa
PBI FKIP Universitas Kuningan tingkat satu yang telah bersedia dijadikan
sebagai objek penelitian, dan masih banyak pihak-pihak lain yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, mustahil
penelitian ini dapat terlaksana.
Menyadari
akan kekurangan dan kelemahan kami, baik dalam melakukan penelitian maupun
dalam menyusun laporan hasil penelitian ini, kami sangat mengharapkan kritik
disertai saran yang membangun terutama dari
Bapak
Asep Jejen Jaelani, M.Pd. selaku dosen pengampu untuk perbaikan dimasa yang
akan datang.
Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan semoga
kebaikan orang-orang yang telah membantu kami dalam melakukan penelitian ini
mendapatkan pahala dari Allah
Swt.
Aamiin.
Kuningan,
27 Januari 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
LEMBAR JILID
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR
ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
4
1.1. Latar Belakang Masalah
4
1.2. Rumusan Masalah
5
1.3. Tujuan Penelitian
5
1.4. Manfaaat Penelitian
5
BAB II LANDASAN TEORI
6
2.1.
Pengertian Sikap Bahasa
6
2.2.
Komponen Sikap
6
2.3.
Jenis-jenis Sikap Bahasa
8
2.4.
Ciri-ciri Sikap Bahasa
8
2.5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Bahasa Negatif
9
2.5.
Pemilihan Bahasa
10
BAB III METODE PENELITIAN
12
3.1.
Metode Penelitian
12
3.2.
Teknik Penelitian
12
3.2.1.
Teknik Pemerolehan Data
12
3.2.2.
Teknik Pengolahan Data
12
3.3.
Populasi
13
3.4.
Sampel
13
BAB IV ANALISIS DATA
14
4.1.
Data Penelitian
14
4.2. Analisis Data Penelitian
15
BAB V PENUTUP
16
5.1.
Simpulan
16
5.2. Saran
16
DAFTAR
PUSTAKA
17
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat
komunikasi yang digunakan manusia, baik lisan maupun tulisan. Sumpah pemuda
1928 berisi tentang pengakuan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional.
Begitu pula dalam UUD 1945 pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan
bahasa negara yang mempunyai dasar hukum.
Fungsi Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional yaitu sebagai lambang kebanggaan bangsa, lambang
identitas nasional, alat perhubungan antar daerah, alat pemersatu berbagai suku
bangsa yang ada di nusantara. Sedangkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara yaitu sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga
pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional, alat pengembangan budaya,
ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Sebagai bahasa nasional
dan bahasa negara, sudah seharusnya kita selaku warga negara indonesia yang
baik menyadari akan adanya norma dalam Bahasa Indonesia. Sudah selayaknya dalam
berkomunikasi kita menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
kaidah yang telah ditetapkan. Namun seiring berkembangnya zaman, Bahasa
Indonesia kini mulai dipandang sebelah mata, kesetiaan bangsa Indonesia dalam
menggunakan Bahasa Indonesia mulai melemah, tidak mempunyai lagi rasa bangga
terhadap Bahasa Indonesia, bahkan kadangkala kita lebih bangga terhadap bahasa
lain, misalnya bahasa inggris.
Selain itu, banyak
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam
menggunakan Bahasa Indonesia, baik penggunaan dalam bahasa lisan maupun bahasa
tulisan. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi bisa berupa interferensi, alih
kode, campur kode, dan sebagainya. Bahkan judul artikel disebuah majalah ada
yang mengatakan bahwa “Bahasa Indonesia
adalah Bahasa Asing di Indonesia”, sungguh miris ketika membaca kalimat
tersebut. Meskipun hanya sebuah opini, namun ketika kita peka terhadap kondisi
saat ini pernyataan tersebut ada benarnya juga. Sebagai contoh kadang
masyarakat Indonesia lebih bangga ketika berbicara dengan menggunakan Bahasa
Inggris daripada berbicara menggunakan Bahasa Indonesia, atau lebih senang
berbicara dengan menggunakan bahasa tidak baku daripada berbicara dengan
menggunakan bahasa baku. Itu semua terjadi bukan bukan karena alamiah, namun
karena disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sikap negatif
terhadap Bahasa Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka penulis akan mencoba merumuskan masalah sebagai
berikut.
Bagaimana
sikap bahasa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) tingkat satu Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan terhadap Bahasa Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada tujuan yang
ingin dicapai oleh penulis, tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
Ingin
mengetahui sikap bahasa mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) tingkat satu Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan terhadap Bahasa Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di
atas, maka penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Manfaat
Teoritis
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan dibidang ilmu
kebahasaan, khususnya Sosiolinguistik. Selain itu diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai penyimpangan dalam menggunakan Bahasa Indonesia baik
penyimpangan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
b.
Manfaat
Praktis
1)
Bagi
peneliti, melalui penelitian ini penulis bisa mengetahui sikap bahasa mahasiswa
Pendidikan Bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia.
2)
Bagi
pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan dan
kebanggaan dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian Sikap Bahasa
Sebelum membahas lebih
jauh mengenai sikap bahasa, ada baiknya kita pahami dulu apa itu sikap dan apa
itu bahasa. Kata sikap dapat mengacu pada perilaku atau gerak-gerik dan perbuatan atau
tindakan yang di lakukan sebagai reaksi atas suatu hal atau kejadian. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1303) sikap merupakan perbuatan dan
sebagainya yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan. Lebih lanjut Osgood
dan Tannenbaum (dalam Alex Sobur, 2011: 356) mengatakan bahwa sikap bisa
diungkapkan melalui bahasa, sikap bisa diungkapkan sampai batas-batas tertentu
tanpa kata-kata, namun konsep sikap akan sangat miskin jika diterapkan pada
spesies yang tidak bisa berbicara. Berdasarkan pendapat Osgood dan Tannenbaum
sangat jelas bahwa sikap sangat berkaitan dengan manusia.
Sikap merupakan fenomena kejiwaan
yang biasanya termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku. Namun tidak
selalu yang dilakukan secara lahiriah merupakan cerminan dari sikap batiniah,
banyak faktor yang mempengaruhi hubungan sikap batin dan peilaku lahir. Sikap
berupa pendirian, pendapat atau pandangan dalam batin yang tidak bisa diamati
secara empiris. Sedangkan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitler,yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat, untuk bekerjasama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 116). Jadi,
sikap bahasa adalah perilaku, perbuatan atau tindakan seseorang/sekelompok
orang terhadap suatu bahasa dalam berinteraksi.
Sikap bahasa adalah posisi mental
atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa orang lain. Keadaan dan
proses terbentuknya sikap bahasa tidak jauh dari keadaan dan proses
terbentuknya sikap pada umumnya. Sebagaimana halnya dengan sikap, maka
sikap bahasa juga merupakan peristiwa kejiwaan sehingga tidak dapat
diamati secara langsung. Sikap bahasa dapat diamati melalui perilaku berbahasa
atau perilaku tutur (Chaer dan Agustina, 2010: 149).
2.2.
Komponen Sikap
Menurut Lambert (dalam Chaer dan
Agustina, 2010: 150) menyatakan bahwa sikap itu terdiri dari tiga komponen,
yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
a.
Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan
mengenai alam sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang
dipergunakan dalam proses berpikir.
b.
Komponen afektif menyangkut masalah penilaian baik dan
buruk, suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Jika seseorang memiliki nilai
rasa baik atau suka terhadap suatu keadaan, maka orang itu dikatakan memiliki
sikap positif. Jika sebaliknya, disebut memiliki sikap negatif.
c.
Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan
sebagai “putusan akhir” kesiapan reaktif terhadap suatu keadaan.
Melalui ketiga komponen inilah,
orang biasanya mencoba menduga bagaimana sikap seseorang terhadap suatu keadaan
yang sedang dihadapinya. Ketiga komponen sikap ini (kognitif, afektif, dan
konatif) pada umumnya berhubungan dengan erat. Namun, seringkali pengalaman
“menyenangkan’ atau “tidak menyenangkan” yang didapat seseorang di dalam
masyarakat menyebabkan hubungan ketiga komponen itu tidak sejalan. Apabila
ketiga komponen itu sejalan, maka bisa diramalkan perilaku itu menunjukkan
sikap. Tetapi kalau tidak sejalan, maka dalam hal itu perilaku tidak dapat digunakan
untuk mengetahui sikap.
Edward (dalam Chaer dan Agustina,
2010: 150) mengatakan bahwa sikap hanyalah salah satu faktor yang juga tidak
dominan dalam menentukan perilaku. Sedangkan Sugar (dalam Chaer dan Agustina,
2010: 150) berdasarkan penelitiannya memberi kesimpulan bahwa perilaku itu
ditentukan oleh empat buah faktor utama, yaitu sikap, norma sosial, kebiasaan,
dan akibat yang mungkin terjadi. Dari keempat faktor itu dikatakan bahwa
kebiasaan adalah faktor yang paling kuat, sedangkan sikap merupakan faktor yang
paling lemah. Jadi, dengan demikian jelas bahwa sikap bukan satu-satunya faktor
yang menentukan perilaku, tetapi yang paling menentukan perilaku adalah
kebiasaan.
Anderson (dalam Chaer dan Agustina,
2010: 151) membagi sikap atas dua macam, yaitu; sikap kebahasaan dan sikap
nonkebahasaan. Sikap kebahasaan misalnya sikap politis, sikap keagamaan,
dan lain-lain. Menurut Anderson, sikap bahasa adalah tata keyakinan atau
kognisi yang relatif berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa, mengenai
objek bahasa, yang memberikan kecenderungan seseorang untuk bereaksi dengan cara
tertentu yang disenanginya.
2.3.
Jenis-jenis Sikap Bahasa
Jenis Sikap
bahasa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu sikap positif dan sikap negatif.
a. Sikap Positif
Sikap bahasa positif yaitu sikap yang berhubungan dengan
tingkah laku yang tidak bertentangan dengan kaidah atau norma yang kebahasaan
yang berlaku, atau suatu sikap setia dan bangga terhadap suatu bahasa.
b. Sikap Negatif
Sikap negaif bahasa akan menyebabkan
orang acuh tak acuh terhadap pembinaan dan pelestariaan suatu bahasa. Mereka
menjadi tidak bangga lagi memakai bahasa sendiri sebagai penanda jati diri,
bahkan mereka merasa malu memakai bahasa terebut.
2.4.
Ciri-ciri Sikap Bahasa
Garvin dan Mathiot (dalam Chaer dan
Agustina, 2010: 153) merumuskan tiga ciri sikap bahasa yaitu:
a.
Ciri Sikap Bahasa Positif
1)
Kesetiaan Bahasa (Language
Loyalty)
Kesetiaan bahasa yang mendorong masyarakat suatu
bahasa mempertahankan bahasanya dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh
bahasa lain.
2)
Kebanggaan Bahasa (Language
Pride)
Kebanggaan bahasa yang mendorong orang mengembangkan
bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat.
3)
Kesadaran Adanya Norma Bahasa (Awareness Of The Norm)
Kesadaran Adanya Norma Bahasa yang mendorong orang
menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun; dan merupakan faktor yang
sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu kegiatan menggunakan bahasa (language use).
b.
Ciri Sikap Bahasa Negatif
1)
Tidak ada gairah atau dorongan untuk mempertahankan
kemandirian bahasanya
2)
Kesetiaan bahasanya mulai melemah
3)
Tidak mempunyai rasa bangga terhadap bahasanya
2.5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Bahasa Negatif
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap bahasa negatif, diantaranya: faktor politis, faktor etnis, ras, gengsi,
menganggap bahasa tersebut terlalu rumit atau susah dan sebagainya.
Sebagai contoh yaitu penggunaan
bahasa Jawa di lingkungan masyarakat Jawa, dewasa ini penggunaan bahasa Jawa
dikalangan masyarakat Jawa sendiri dirasa kurang begitu antusias. Hal ini
merupakan tanda-tanda mulai munculnya sikap yang kurang positif terhadap bahasa
tersebut. Bahasa-bahasa daerah terkadang dianggap sebagai bahasa yang kurang
fleksibel dan kurang mengikuti perkembangan jaman.
Demikian pula bahasa Jawa, anak-anak
muda pada jaman sekarang kurang begitu mengerti dan antusias menggunakan bahasa
tersebut, karena ada yang merasa bahwa bahasa Jawa terlalu rumit bagi mereka,
banyak leksikon dari bahasa Jawa yang tidak dimengerti, ditambah dengan
penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa dan sebagainya.
Hal tersebut merupakan indikasi
bahwa mereka sudah tidak berminat lagi untuk mempelajari bahasa Jawa, atau hal
itu juga dipengaruhi oleh perkembangan keadaan yang menghendaki segala sesuatu
yang serba praktis dan simpel. Tidak hanya bahasa daerah, tetapi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional pun dirasa telah mulai pudar ciri sikap
bahasa positifnya.
Sikap negatif juga akan lebih terasa
akibat-akibatnya apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mempunyai
kesadaran akan adanya norma bahasa. Sikap tersebut nampak dalam tindak
tuturnya. Mereka tidak merasa perlu untuk menggunakan bahasa secara cermat dan
tertib, mengikuti kaidah yang berlaku.
Seperti halnya kasus Vicky Prasetyo
yang melontarkan pernyataan-pernyataan tak lazim, menyimpang, bahkan merusak
kaidah kebahasaan. Pernyataan-pernyataan tak lazim tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Konsfirasi Kemakmuran
b. Statusisasi
c. Labil Ekonomi
d. Basicly
e. Kontroversi Hati
f.
Kudeta Cinta
g. Twenty Nine My Age
h. Harmonisasi
i.
Mempertakut
j.
Mempersuram
Secara
sosiolinguistik hal tersebut tidak menjadi masalah, sebab itu merupakan idiolek
Vicky Prasetyo. Malah bisa dijadikan sebagai lahan penelitian sosiolinguistik.
Akan tetapi bagi pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara tentu merupakan masalah besar, sebab itu merupakan “peristiwa perusakan”
bahasa Indonesia yang sangat tidak diharapkan. Penutur yang memiliki sikap
bahasa positif terhadap bahasa Indonesia, tentu tidak akan melakukan
pencampuran bahasa. Dia akan menggunakan bahasa Indonesia secara cermat dan
benar. Sayangnya seperti yang dilaporkan Moeliono dan Koentjaraningrat (dalam
Chaer dan Agustina, 2010: 160) banyakan orang Indonesia belum memiliki sikap
bahasa positif terhadap bahasa nasionalnya.
2.5.
Pemilihan Bahasa
Pemilihan
bahasa (language choice) adalah “sebuah bahasa secara keeluruhan“ dalam
suatu komunikasi. Timbulnya pemilihan bahasa disebabkan oleh terjadinya kontak
bahasa, sosial, dan budaya sehingga tumbuh kelompok masyarakat tutur yang
memiliki kemampuan untuk memilih bahasa atau kode bahasa dalam peristiwa
tertentu, baik mempertahankan bahasa pertama maupun melakukan pergeseran
bahasa ke bahasa baru atau mencampurkan bahasa pertama dan bahasa baru. Dengan kata lain, seseorang yang melakukan
pemilihan bahasa dalam komunikasinya sebenarnya sedang menerapkan kompetensi
komunikatifnya, atau sedang menunjukkan performansi komunikatifnya. Sebagai
perilaku, pemilihan bahasa hakikatnya merupakan tindakan atau perilaku dalam
menggunakan bahasa terpilih berdasarkan situasi yang tersedia. Meski demikian,
untuk kajian ini, istilah ‘pemilihan bahasa’ digunakan secara praktis untuk
merujuk ke performansi komunikatif atau perilaku bahasa (language behavior)
kendati perilaku bahasa mengandung cakupan pengertian yang lebih luas. Dalam
hal ini, Blom & Gumperz mengajukan dua tipe pilihan kode:
a.
Peralihan Situasional
(situational switching)
Peralihan situasional digunakan untuk mengacu ke
pemilihan bahasa yang bergantung pada aneka aspek situasi, termasuk pula
derajat formalitas. Sebagaimana yang dipkrediksikan, ketika situasi
kebahasaannya formal dan relatif bebas dari masalah pribadi, varietas bahasa
standarlah yang dipilihnya, sedangkan varietas lokal dipilih tatkala situasinya
informal.
b. Peralihan Metaforik
(metaphorical switching).
Peralihan
metaforik digunakan untuk menjelaskan pemilihan bahasa yang ditentukan oleh
hubungan para partisipan.
Dalam masyarakat multietnis dan
multilingual, kiranya tiada seorang pun yang hanya memiliki satu kode bahasa
dalam repertoir-nya. Yang kerap terjadi, bahkan, adalah orang akan
senantiasa terlibat dalam kontak antar-bahasa atau antar dialek. Untuk
membangun interaksi sosial menjadi cukup lancar, orang akan berusaha menerapkan
kemampuan integrasi sosial dengan kelompok masyarakat dimana ia tinggal.
Tingkat integrasi sosial (dan psikologis) seseorang diasumsikan cukup
menentukan cepat-tidaknya ia melakukan akomodasi sosial, termasuk akomodasi
berbahasa. Asumsi didasarkan pada realitas bahwa kesupelan seseorang
dalam pergaulan akan banyak menentukan cepat-tidaknya ia diterima oleh lawan
bicaranya.
Ada tiga jenis pilihan dalam
berbahasa:
a.
Memilih satu variasi bahasa yang sama (intra
language variation);
b.
Alih kode (code switching);
c.
Campur kode (code mixing).
Sebelum itu, Giles mengidentifikasi
tiga pola penggunaan bahasa:
a.
Penggunaan bahasa etnik minoritas;
b.
Bilingual dalam bahasa etnik dan bahasa dominan;
c.
Monolingual dalam bahasa dominan.
Merujuk Giles, dapatlah dikemukakan, bahwa
seorang anggota masyarakat berkemungkinan menerapkan pemilihan bahasa berikut
ini:
a.
Menggunakan bahasa daerah/pertamanya (divergen);
b.
Menggunakan bahasa daerah/pertamanya dan bahasa
Indonesia (konvergen);
c.
Menggunakan bahasa Indonesia (konvergen). Pola
pemilihan bahasa semacam ini diprediksikan akan dapat ditemukan dalam
penelitian.
Ervin dan Trip mengidentifikasikan
empat faktor utama yang menyebabkan pemilihan bahasa, antara lain:
a.
Situasi dan latar, seperti waktu dan tempat;
a.
Partisipan dalam interaksi, seperti: usia, jenis
kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, asal, latar belakang kesukuan, dan
peranannya dalam hubungan dengan partisipan lain;
b.
Topik percakapan, dapat berupa topik-topik mengenai
pekerjaan, maupun peristiwa aktual;
c.
Fungsi interaksi yang merupakan fungsi percakapan di
dalam interaksi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Setiap penelitian selalu berangkat
dari masalah, ketika akan melalukan penelitian harus jelas metode apa yang akan
digunakan, misalnya metode penelitian kuanitiatif atau metode penelitian
kuantitatif. Dalam metode penelitian kuantitatif masalah yang dibawa oleh
peneliti harus sudah jelas, sedangkan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan
(Sugiyono, 2009: 30).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka metode penelitian yang
kami gunakan pada penelitian “Sikap
Bahasa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Tingkat Satu Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan” adalah metode penelitian
kuantitatif, sebab masalah yang kami bawa sudah jelas mengenai sikap bahasa
mahasiswa bahasa Inggris.
3.2. Teknik Penelitian
Teknik penelitian merupakan suatu
teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti dalam pengumpulan data
penelitian. Teknik penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu: teknik
penelitian data/teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.
3.2.1. Teknik Penelitian Data
Dalam
penelitian ini, teknik penelitian data/teknik pengumpulan data yang kami
gunakan yaitu dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada
resfonden untuk dijawabnya (kuesioner/angket). Alasan kami menggunakan teknik
kuesioner sebab teknik ini lebih efisien, selain itu teknik kuesioner cocok
dengan penelitian ini mengingat resfonden yang kami teliti cukup banyak yakni
35 resfonden.
3.2.1. Teknik Pengolahan Data
Dalam
penelitian ini, teknik pengolahan data yang kami gunakan yaitu statistik inferensial tujuannya yaitu
untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
3.3. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 80).
Populasi dalam setiap penelitian
harus disebutkan secara tersurat, yaitu yang berkenaan dengan besarnya anggota
populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan diadakannya populasi
ialah agar kita dapat menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari
anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi (Usman, 2011:
42).
Berdasarkan penjelasan di atas, populasi
yang kami tetapkan yaitu mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) tingkat satu
FKIP Unversitas Kuningan sebanyak 70 mahasiswa.
3.4. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009: 81). Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk
itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul refresentatif
(mewakili).
Dalam menentukan sampel ada
tekniknya, teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Noprobability Sampling.
Berdasarkan penjelasan di atas,
sampel yang kami ambil dari populasi
menggunakan teknik Probability Sampling
(Simple Random Sampling) yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu.
Dari jumlah populasi sebanyak 70
mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris tingkat satu, yang kami ambil sebagai
sampel penelitian yaitu sebanyak 35 mahasiswa.
BAB IV
ANALISIS DATA
4.2. Data
Penelitian
No
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
Skor
|
1
|
8
|
36
|
12
|
-
|
56
|
2
|
4
|
51
|
2
|
1
|
58
|
3
|
40
|
9
|
12
|
1
|
62
|
4
|
52
|
15
|
2
|
1
|
70
|
5
|
24
|
15
|
16
|
1
|
56
|
6
|
12
|
54
|
4
|
-
|
70
|
7
|
24
|
39
|
-
|
1
|
64
|
8
|
24
|
27
|
8
|
1
|
60
|
9
|
28
|
33
|
4
|
-
|
65
|
10
|
20
|
33
|
8
|
-
|
65
|
11
|
4
|
51
|
4
|
-
|
61
|
12
|
16
|
39
|
6
|
-
|
61
|
13
|
-
|
39
|
6
|
4
|
49
|
14
|
28
|
36
|
2
|
-
|
66
|
15
|
40
|
15
|
6
|
2
|
63
|
16
|
4
|
54
|
2
|
-
|
60
|
17
|
4
|
54
|
2
|
-
|
60
|
18
|
12
|
48
|
2
|
-
|
62
|
19
|
40
|
30
|
-
|
-
|
70
|
20
|
-
|
57
|
2
|
-
|
59
|
21
|
20
|
39
|
4
|
-
|
63
|
22
|
60
|
12
|
2
|
-
|
74
|
23
|
44
|
18
|
4
|
1
|
67
|
24
|
32
|
30
|
4
|
1
|
67
|
25
|
32
|
36
|
2
|
-
|
70
|
26
|
64
|
6
|
4
|
-
|
74
|
27
|
32
|
30
|
2
|
1
|
65
|
28
|
20
|
36
|
6
|
-
|
62
|
29
|
12
|
45
|
4
|
-
|
61
|
30
|
36
|
30
|
1
|
-
|
67
|
31
|
16
|
33
|
8
|
1
|
58
|
32
|
16
|
42
|
4
|
-
|
62
|
33
|
20
|
45
|
-
|
-
|
65
|
34
|
8
|
51
|
2
|
-
|
61
|
35
|
8
|
51
|
2
|
-
|
61
|
|
|
|
JUMLAH
|
|
1747
|
4.3. Analisis Data
Penelitian
a. Kriteria Sikap Bahasa
Minimal 20 Skor 20-39 = Rendah
40 Skor 40-59 = Cukup
60 Skor 60-80 = Tinggi
Max
80 Skor 80-100
= Sangat Tinggi
b. Analisis Data Penelitian
Rumus
∑ Skor 1747
───────── = ────── = 49,91
∑ Responden 35
Jadi,
kriteria sikap bahasanya tergolong cukup.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan penulis tentang sikap bahasa, maka dapat disimpulkan
bahwa sikap bahasa
mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris tingkat satu Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Kuningan terhadap Bahasa Indonesia tergolong cukup.
Hal tersebut terbukti dari hasil analisis,
dimana total skor yang telah dihitung yaitu mendapat skor 49,91.
5.2. Saran
Setelah melakukan
penelitian ini, saran yang ingin kami sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Gunakanlah
Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku, baik dalam
komunkasi lisan maupun tulisan;
2. Setialah
menggunakan Bahasa Indonesia ketika dimanapun berada;
3. Setialah
menggunakan Bahasa Indonesia dalam situasi formal;
4. Berbanggalah
terhadap Bahasa Indonesia karena merupakan lambang identitas nasional;
5. Sadarilah
bahwa dalam Bahasa Indonesia ada norma yang berlaku yang harus kita patuhi
sebagai warga Negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul dan Agustina, Leonie. (2010). Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta
Hanifudin,
Hani. (2012). Tips Memilih Tema Skripsi plus
Menggarapnya dengan Tuntas.
Jogjakarta: Diva Press.
Keraf, Gorys. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa
Indah.
Keraf, Gorys. (1994). Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.
Pusat
Bahasa Depdiknas. (2008). Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Sobur, Alex. (2011). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Usman,
Husaini dan Akbar, Setiady. (2011). Metodologi
Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar