PEMBELAJARAN
MEMBACA
“Metode
Membaca
Permulaan”
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Pembelajaran Membaca
Dosen Pengampu
Idah Hamidah, S.Pd.
Disusun Oleh
KELOMPOK 4
1. Ahmad
Asikin
2. Enok
Shinta Malia
3. Ika
Bahari
4. Linda
Lidiya
5. Opi
Nurmalaida
6. Rizki
Ridzaenudin Akhmad
7. Sri
Rahayu
8. Pratiwi
Widia Astuti
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KUNINGAN
TAHUN
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas limpahan
rahmat dan karunianya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Metode
Membaca Permulaan”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok pada
mata kuliah Pembelajaran Membaca
disemester dua.
Dalam proses penyusunan makalah ini,
kami mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak baik bersifat moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan kerendahan dan ketulusan hati, kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ida Hamidah,
S.Pd. yang telah
mengajarkan, membimbing serta memberikan banyak motivasi kepada kami khususnya dalam penyusunan makalah ini.
Menyadari akan kekurangan dan kelemahan kami dalam menyusun tugas
ini, kami selaku penyusun sangat mengharapkan
kritik disertai saran dari berbagai pihak, terutama dari Ibu Ida Hamidah selaku
dosen pengampu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya, dan semoga kebaikan orang-orang yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini mendapatkan pahala dari Allah
Swt. Amin.
Kuningan,
23 Mei 2013 Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
……………………………………………….……………………... 2
DAFTAR ISI
………………………………………………………….…………………..... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah…………………………………………………………....4
1.2
Rumusan Masalah
………………………………………………………………....
5
1.3
Tujuan Penyusunan
Makalah …………………………………………….………... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Membaca Permulaan ……………………………….……….………... 6
2.2 Dasar
Konseptual Membaca Permulaan ……………….……………………….… 7
2.3 Macam-Macam
Metode Membaca Permulaan …………………………………... 8
3.4 Kesulitan
Membaca Permulaan ……………………….…………………………..10
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ………………………………………...……………………….........12
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………….13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pada hakikatnya tujuan membaca adalah untuk
mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Selain itu, membaca merupakan
keterampilan dasar, ini menunjukan
bahwa keterampilan membaca
perlu dimiliki setiap orang karena
mempunyai peranan yang sangat penting.
Membaca
juga merupakan salah satu jenis keterampilan yang bersifat reseptif. Disebut
reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, ilmu
dan pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh dari
bacaan akan memungkinkan pembaca untuk mampu mempertinggi daya pikirnya,
mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Pernyataan tersebut
menekankan tentang pentingnya membaca bagi peningkatan kualitas diri seseorang.
Seseorang akan ‘gagap teknologi’ dan ‘gagap
informasi’ apabila jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan membaca. Informasi
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan
berbagai informasi aktual
lainnya senantiasa berkembang pesat dari hari ke hari. Segala macam informasi
dan perkembangan zaman tersebut selain dapat diikuti dari media elektronik
misalnya TV, juga dapat diikuti melalui media cetak dengan cara membaca.
Dari penelasan
diatas dapat dikemukakan bahwa kegiatan membaca mempunyai berbagai macam
tujuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan
melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca
teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca
berlangsung.
Adapun manfaat
kegiatan membaca antara lain sebagai media rekreatif, media aktualisasi diri, media informatif, media
penambah wawasan, media
untuk mempertajam penalaran, media
pembentuk kecerdasan emosi dan spiritual dan
sebagainya.
Dengan demikian, kegiatan membaca
merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan
meningkatkan diri. Oleh karena itu, metode
pembelajaran membaca permulaan ditingkat SD kelas satu dan dua mempunyai
peranan penting sebagai modal
awal dalam mengembangkan kualitas membaca seorang siswa ditingkat lebih tinggi.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas adalah sebagai berikut :
2.1 Pengertian membaca
permulaan
2.2 Dasar konseptual
membaca permulaan
2.3 Macam-macam metode
membaca permulaan
2.4 Kendala dalam
membaca permulaan
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun
tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
3.1 Untuk mengetahui pengertian membaca
permulaan
3.2 Untuk mengetahui dasar
konseptual membaca permulaan
3.3 Untuk mengetahui macam-macam metode
membaca mermulaan
3.4 Untuk mengetahiui kendala membaca
permulaan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar
membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Pada
waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi kata, mengejanya,
membedakannyadengan kata-kata lain. Misalnya padi dan pagi, ibu dan ubi. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan
menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran
membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebisaan membaca sebagai suatu
yang menyenangkan.
Pada
tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan
membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh
keterampilan / kemampuan membaca. Membaca
pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui
tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa
tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu
kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis, penguasaan kosakata untuk memberi arti dan memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I
dan II. Tujuannya
adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan
intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan
proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi
visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning
to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca
untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut
sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya
pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem
tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman
walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman
isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca
permulaan.
Pembelajaran membaca permulaan di SD mempunyai
nilai yang strategis bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa.
Pengembangan kepribadian dapat ditanamkan melalui materi teks bacaan (wacana,
kalimat, kata, suku kata, huruf/bunyi bahasa) yang berisi pesan moral, nilai
pendidikan, nilai sosial, nilai emosional-spiritual, dan berbagai pesan lainnya
sebagai dasar pembentuk kepribadian yang baik pada siswa. Demikian pula dengan
pengembangan kemampuan juga dapat diajarkan secara terpadu melalui materi teks
bacaan yang berisi berbagai pengetahuan dan pengalaman baru yang pada akhirnya
dapat berimplikasi pada pengembangan kemampuan siswa.
Membaca
permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan
decoding (Anderson, 1972 : 209). Membaca merupakan suatu proses yang
bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan
mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan
membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca
mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan
bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya
menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata,
dan kalimat yang bermakna.
2.2 Dasar
Konseptual Membaca Permulaan
Bertitiktolak dari pengertian bahwa membaca
adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna tulisan, maka membaca
permulaan merupakan usaha mempersiapkan diri pada siswa kelas I Sekolah Dasar
untuk membaca tingkat lanjut. Sebagai salah satu jenis membaca,
membaca permulaan ini pada dasarnya merupakan suatu keterampilan. Sebagai suatu
keterampilan, kemampuan membaca permulaan ini tidak bisa dikuasai tanpa praktek
atau latihan.
Kemampuan membaca permulaan tidak lain adalah
kemampuan mengenali dan memahami sistem lambang tulisan. Pada lambang tulisan
terdapat lambang fonem, bunyi fonem, dan gugusan fonem. Inilah yang dikenali dan dipahami pada saat membaca
permulaan.
Sesuai dengan namanya, membaca permulaan ini
merupakan kegiatan permulaan atau dasar bagi membaca lanjut. Pengenalan dan
pemahaman sistem lambang tulisan memang merupakan modal untuk bisa memahami isi
wacana, memberikan pertimbangan terhadap isi wacana, memperoleh informasi
secara cepat, dan sebagainya. Pemahaman
isi wacana, pemberian pertimbangan terhadap isi wacana, dan pencarian informasi
secara cepat berkategori membaca lanjut. Jadi
jelas bahwa membaca permulaan ini merupakan langkah awal untuk bisa membaca
lanjut.
Sehubungan dengan hakikat membaca permulaan yang
demikian, maka yang dijadikan tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah
penguasaan kemampuan mengenali dan memahami sistem lambang tulisan. Namun
demikian, karena kegiatan membaca lanjut berhadapan dengan pemahaman akan isi
wacana, sementara isi wacana berkaitan erat dengan makna
setiap lambang tulisan, maka pada membaca permulaan ini perlu memperhatikan
pembiasaan mengenali hubungan antara lambang tulisan dan makna.
Indikator kemampuan membaca permulaan adalah mampu
menyuarakan lambang tulisan secara tepat dan lancar. Ketepatan ditandai oleh kesesuaian bunyi yang
diucapkan dengan bunyi yang seharusnya diucapkan.Kelancaran ditandai oleh
kemulusan pengucapan, tanpa tersendat-sendat yang menggambarkan keraguan. Indikator mengenali hubungan lambang tulisan dengan
makna adalah mampu menjawab pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan lambang
tulisan yang dibaca.
2.3 Macam-Macam Metode Membaca Permulaan
Dalam
membaca permulaan ada beberapa macam metode yang dapat digunakan, macam-macam
metode tersebut antara lain :
1.
Metode Abjad dan Metode Bunyi
Metode abjad dan metode bunyi,
menurut Akhadiah merupakan metode-metode yang sudah sangat tua. Dalam
penerapannya, kedua metode tersebut sering menggunakan kata-kata lepas. Beda
antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada pengucapan huruf. Pada
metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad (/a/, /be/, /ce/, dan seterusnya),
sedangkan pada metode bunyi, huruf diucapkan sesuai dengan bunyinya [a], [b],
[c], dan seterusnya.
Contoh: bo-bo ------bobo
2.
Metode Global
Metode global adalah metode yang
melihat segala sesuatu merupakan keseluruhan. Metode ini timbul sebagai akibat
adanya pengaruh aliran psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu
kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada jumlah bagian-bagiannya.
Dalam penerapannya, metode ini memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat
untuk dibaca. Sesudah siswa dapat membaca kalimat-kalimat itu, salah satu di
antaranya dipisahkan untuk dikaji, dengan cara menguraikannya atas kata, suku
kata dan huruf-huruf. Sesudah siswa dapat membaca huruf-huruf itu, kemudian
huruf-huruf dirangkaikan lagi sehingga terbentuk suku kata, suku-suku menjadi
kata, dan kata-kata menjadi kalimat lagi.
3. Metode Struktur Analitik dan Sintetik (SAS)
Dalam
pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua teknik
yaitu membaca tanpa buku dan membaca dengan buku.
a. Membaca
Tanpa Buku
Tahap
membaca tanpa buku merupakan tahap pertama dalam proses pengajaran membaca
permulaan. Pada periode ini guru menggunakan alat bantu atau media kecuali
buku. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara sebagai berikut.
1.
Merekam Bahasa Siswa
Bahasa yang digunakan
oleh siswa di dalam percakapan mereka, direkam untuk digunakan bahan bacaan.
Karena bahasa yang digunakan sebagai bahan adalah bahasa siswa sendiri maka
siswa tidak akan mengalami kesulitan. Hal ini erat hubungannya dengan siswa
pada waktu sekolah. Dari segi kebahasaannya, mereka telah menguasai bahasa
ibunya. Mereka juga mempuyai berbagai pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar rumahnya. Latar
belakang kebahasaan, pengetahuan, serta pengalaman mereka berbeda-beda. Pada hari pertama guru
mencatat kalimat-kalimat yang diucapkan. Kalimat-kalimat inilah yang dijadikan
pola dasar untuk pengajaran membaca permulaan.
2.
Menampilkan Gambar
Sambil Bercerita
Dalam hal ini, guru
memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai dengan gambar
tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan
sebagai pola dasar bahan membaca.
Contoh : Guru
memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis, sambil bercerita,
misalnya Ini Adi. Adi duduk di kursi. Ia sedang menulis surat dan seterusnya.
Kalimat-kalimat guru tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai
bahan bacaan.
3.
Membaca Gambar
Guru menunjukkan sebuah
gambar, misalnya gambar seorang laki-laki berumur 7 tahun dan melekatkannya di
papan flanel. Ia mengtakan “ini Nana”. Kemudian, ia melekatkan tulisan/ kalimat
“ini Nana” di bawahnya. Jika guru menunjuk gambar itu siswa menyebutkan
kalimatnya. Demikian dilakukan oleh guru dan siswa dengan beberapa gambar.
Dalam hal ini siswa belajar membaca gambar.
b. Membaca
Dengan Buku
Setelah
siswa mengenal huruf melalui kegiatan membaca tanpa buku, selanjutnya anak
dihadapkan pada tulisan dalam buku.
Pembelajaran
dapat dilakukan melalui kegiatan membaca buku pelajaran, membaca bacaan
sederhana yang dipilih guru (gunakan gambar dan kartu kata), dan membaca bacaan
yang disusun siswa secara individual maupun kelompok. Pembelajaran dapat
dilakukan secara integratif.
2.4 Kesulitan
Membaca Permulaan
Membaca
permulaan bertitik tolak dari siswa duduk di kelas I, karena mereka baru
pertama kali duduk di bangku Sekolah Dasar. Kemudian tugas mengajarkan membaca kepada siswa ada
pada guru. Dalam
membaca permulaan diperlukan berbagai pendekatan membaca secara tepat, seperti
dengan menggunakan metode abjad, metode
global, serta metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS).
Pada
tahap membaca permulaan siswa mulai diperkenalkan dengan berbagai simbol huruf,
mulai dari simbol huruf /a/ sampai dengan /z/. Caranya bergantung teknik pendekatan yang digunakan
guru, yaitu dapat dimulai dari pengolahan kata dari sebagian untuk seluruh atau
dari seluruh kemudian dicerai menjadi satuan
bahasa terkecil yakni huruf. Jika
dikalsifikasikan ada tiga
karakteristik siswa yang kurang mampu membaca permulaan, yaitu dilihat dari kebiasaan
membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan pemahaman
Siswa
yang kesulitan membaca
sering memperlihatkan kebiasaan dan tingkah laku yang tidak wajar.
Gejala-gejala gerakannya penuh ketegangan seperti mengernyitkan
kening, gelisah, irama
suara meninggi, menggigit bibir, adanya perasaan tidak aman yang ditandai dengan perilaku
menolak untuk membaca bahkan menangis.
Gejala-gejala
tersebut muncul akibat dari kesulitan siswa dalam membaca. Indikator kesulitan
siswa dalam membaca permulaan antara
lain, siswa tidak mengenali huruf, siswa sulit membedakan huruf, siswa kurang yakin dengan huruf yang dibacanya itu
benar, siswa tidak mengetahui makna kata atau kalimat
yang dibacanya.
Dari
uraian di atas dapat diketahui bahwa kesulitan siswa dalam membaca permulaan terlihat dari gejala-gejala perilaku dan
gerakan-gerakan yang terjadi pada siswa dalam
menghadapi teks bacaan. Oleh
karena itu untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya upaya dari guru kelas agar gejala-gejala tersebut
dapat segera teratasi dan ini merupakan tanggung
jawab seorang guru dalam mencerdaskan siswanya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kami simpulkan, bahwa metode
pembelajaran membaca permulaan yang
diajarkan pada siswa kelas I dan kelas II Sekolah Dasar mempunyai peranan
sangat penting karena metode pembelajaran membaca permulaan merupakan modal
utama bagi siswa kelas I dan II dalam membaca lanjut. Dengan pembelajaran metode membaca permulaan siswa
belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan
menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh
karena itu, seorang guru
perlu merancang pembelajaran membaca dengan sebaikmungkin sehingga
mampu menumbuhkan kebisaan membaca pada
siswa sebagai sesuatu yang
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Soedarso. 2010. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tarigan, H.G. 2008.
Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung : Angkasa
Tampubolon.
1993. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan
Membaca Pada Anak. Bandung : Angkasa
Nuryati,
Sri. 2007. Pembelajaran
Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa di Kelas Awal Sekolah Dasar. Jurnal
Sekolah Dasar
Semiawan, Conny, dkk. 1986. Pendekatan Keterampilan Proses.
Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar