ANALISIS
UNSUR INTRINSIK CERPEN
(Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin)
1.
Sekilas
Tentang Pengarang
Ki Pandji Kusmin adalah
seorang sastrawan yang nama aslinya adalah Soedihartono. Ia menempuh pendidikan
di Akademi Pelayaran Nasional, dan menjalani ikatan dinas selama enam tahun di
Jakarta. Karyanya dalam bentuk cerpen yang berjudul Langit Makin Mendung
menimbulkan kontroversi akibat
gegabah dalam mempersonifikasikan Tuhan, Muhammad, Jibril
serta sindiran terhadap pemerintahan Soekarno (Orde Lama). Cerpen tersebut
diterbitkan tiga tahun setelah ledakan peristiwa politik G30S PKI,
Melalui surat kabar edisi
22 Oktober 1968, ia menyatakan sebetulnya tidak bermaksud menghina agama Islam.
Tujuan sebenarnya adalah semata-mata hasrat pribadinya untuk mengadakan
komunikasi langsung dengan Tuhan, Nabi Muhammad Saw, serta ingin menggambarkan
keadaan agama, sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan pada masa Orde Lama.
(Sumber, dikutip dari beberapa sumber tentang
identitas pengarang).
2.
Sinopsis
Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin
Nabi
Muhammad yang turun kembali ke bumi. Muhammad diizinkan turun oleh Tuhan
setelah memberi argumen bahwa hal itu merupakan keperluan mendesak untuk
mencari sebab kenapa akhir-akhir ini umatnya lebih banyak yang dijebloskan ke
neraka. Upacara pelepasan pun diadakan di sebuah lapangan terbang. Nabi Adam
yang dianggap sebagai pinisepuh swargaloka didapuk memberi pidato
pelepasan. Dengan menunggangi buroq dan didampingi Jibril, meluncurlah
Muhammad. Di angkasa biru, mereka berpapasan dengan pesawat sputnik
Rusia yang sedang berpatroli. Tabrakan pun tak terhindar. Sputnik hancur lebur
tak keruan. Sedangkan, Muhammad dan Jibril terpelanting ke segumpal awan yang
empuk. Tak disangka, awan empuk itu berada di langit-langit. Untuk menghindari
kemungkinan tak terduga, Muhammad dan Jibril menyamar sebagai elang. Dalam
penyamaran itulah, Muhammad berkeliling dan mengawasi tingkah polah manusia
dengan bertengger di puncak Monas (yang dalam cerpen itu disebut “puncak menara
emas bikinan pabrik Jepang”) dan juga di atas lokalisasi pelacuran di daerah
Senen.
Nabi Muhammad Berdialog
dengan Jibril tentang kondisi sosial tanah air masa pada masa itu, seperti
negeri yang meski 90 persen muslim, tetapi justru segala macam perilaku lacur,
nista, maksiat, dan kejahatan tumbuh subur.
Soekarno tiba-tiba kejatuhan ilham
akan pentingnya berdiri di atas kaki sendiri. Rakyat yang sudah lapar dimarahi
habis-habisan karena tak mau makan lain kecuali beras. Paginya ramai-ramai
koran memuat daftar menteri-menteri yang makan jagung. Lengkap dengan sekalian
potretnya. Sayang rakyat sudah tidak percaya lagi, mereka lebih percaya pada
pelayan-pelayan Istana.
Makan pagi Soekarno memang bukan
nasi, tapi roti panggang bikinan koki Perancis di HI. Guna mencegah darah
tingginya kumat, dia memang tak makan daging. Terpaksa hanya telur goreng
setengah matang dicampur sedikit madu pesanan dari Arab sebagai pengiring roti.
Menyusul buah apel kiriman Kosygin dari Moskow. Namun rakyat tidak heran atau
marah. Seakan-akan sudah jamak seorang presiden harus berbohong dan buka mulut
seenaknya. Rakyat Indonesia rata-rata memang pemaaf serta baik hati. Kebohongan
dan kesalahan Pemimpin selalu disambut dengan dada lapang.
3.
Tema
Tema dalam Cerpen Langit Makin
Mendung Karya Ki Pandji Kusmin adalah tentang keadaan agama, politik, sosial,
dan kebudayaan pada masa orde lama.
Sebab, dalam cerpen ini diceritakan
tentang keadaan bangsa Indonesia yang 90% memeluk agama Islam tetapi
justru segala macam perilaku lacur, nista, maksiat, dan kejahatan tumbuh
subur.Selain itu dalam cerpen ini juga dideskripsikan tentang keadaan politik
pada masa kejayaan Soekarno.
Berikut beberapa
kutipan yang mendukung penjelasan mengenai tema:
1) . . . “Soal 90 juta hanya menurut statistik
bumiawi yang ngawur. Dalam catatan Abubakar di surga, mereka tak ada sejuta
yang betul-betul Islam!" "Soal 90 juta hanya menurut statistik
bumiawi yang ngawur. Dalam catatan Abubakar di surga, mereka tak ada sejuta
yang betul-betul Islam!" (Ki Pandji Kusmin, 1968:
4)
2) . . . . di atas Pasar Senen tercium bau timbunan
sampah menggunung, busuk dan mesum. (Ki Pandji Kusmin, 1968:
8)
3) .
. . Pelacur-pelacur
dan sundal-sundal asyik berdandan Bedak-bedak penutup bopeng, gincu-gincu merah
murahan, dan pakaian-pakaian pengantin bermunculan. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 9)
4)
.
. . "Tidak Pak. Komunis yang berbahaya,
Pak!" (Ki Pandji Kusmin, 1968: 6)
4.
Alurn
atau Plot
Susunan alur/plot dalam
Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin adalah Sebagai berikut:
1) Pengarang
mulai melukiskan keadaan
Lama-lama
mereka bosan juga dengan status pensiunan nabi di surgaloka. Petisi dibikin
mohon (dan bukan menuntut) agar pensiunan-pensiunan diberi cuti bergilir turba
ke bumi, yang konon makin ramai saja. Refreshing sangat perlu. Kebahagiaan
berlebihan justru siksaan bagi manusia yang biasa berjuang. “Kami bukan
malaikat atau burung perkutut, bibir-bibir kami sudah pegal-pegal kejang memuji
kebesaranMu, beratus tahun tanpa henti”.
2) Peristiwa
yang bersangut paut mulai bergerak
Muhammad
tertunduk, terasa betapa hidup manusia hanya jalinan-jalinan penyadong sedekah
dari Tuhan. Alangkah nista pihak yang selalu mengharap belas kasihan. Ia ingat,
waktu sowan ke surga dulu dirinya hanya sekeping jiwa telanjang.
"Apa
sebenarnya kau cari di bumi? Kemesuman, kemunafikan, kelaparan, tangis dan
kebencian sedang berkecamuk hebat sekali", tanya Tuhan.
"Hamba
ingin mengadakan riset", jawabnya lirih.
"Tentang
apa?", tanya Tuhan.
"Akhir-akhir
ini begitu sedikit umat hamba yang masuk surga", Jawab Muhammad
3) Keadaan
mulai memuncak
Muhammad tak
hendak beranjak dari awan tempatnya berdiri. Hatinya bimbang pedih dan
dukacita. Wajahnya gelap, segelap langit mendung di kiri-kanannya. Jibril
menatap penuh tanda tanya, namun tak berani bertanya.
Musim hujan
belum datang-datang juga. Di Jakarta banyak orang kejangkitan influensa,
pusing-pusing dan muntah-muntah. Naspro dan APC sekonyong-konyong melonjak
harga. Jangan dikata lagi pil vitamin C dan ampul penstrip. Kata orang, sejak
pabriknya diambil alih bangsa sendiri, agen-agen Naspro mati kutu. Hanya
politik-politik Cina dan tukang-tukang catut orang dalam leluasa nyomoti jatah
lewat jalan belakang.
Koran sore
Warta Bhakti menulis: Di Bangkok 1000 orang mati kena flu, tapi terhadap flu
Jakarta Menteri Kesehatan bungkem. Paginya Menteri Kesehatan yang tetap bungkem
dipanggil menghadap Presiden alias PBR.
4) Pristiwa
mulai klimaks
Desas-desus
Soekarno hampir mati lumpuh cepat menjalar dari mulut ke mulut. Meluas
seketika, seperti loncatan api kebakaran gubuk-gubuk gelandangan di atas tanah
milik Cina.
Sampai juga
ke telinga Muhammad dan Jibril yang mengubah diri jadi sepasang burung elang.
Mereka bertengger di puncak menara emas bikinan pabrik Jepang. Pandangan ke
sekeliling begitu lepas bebas.
5) Pemngarang
memberikan penyelesaian masalah
Sayang,
ramalan dukun-dukun Cina sama sekali meleset, Soekarno tidak jadi
lumpuh, hanya sedikit pincang. Dan
pincang tak pernah bikin orang mati. Tanda-tanda kematian tak kunjung tampak,
sebaliknya Soekarno makin tampak muda dan segar. Kata orang dia banyak injeksi
H-3, obat pemulih tenaga kuda.
Kecewalah
sang Togog melihat Baginda Raja makin rajin pidato, makin gemar menyanyi, makin
getol menari dan makin giat menggilir ranjang istri-istri yang entah berapa
jumlahnya. Hari itu PBR dan Togog termangu-mangu berdua di Bogor. Briefing
dengan panglima-panglima berakhir dengan ganjalan-ganjalan hati yang tak
lampias.
5.
Tokoh
dan Perwatakan
Berikut adalah tokoh
tokoh dalam Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin serta
penggambarannya:
1) Tuhan
Tuhan mempunyai karakter Maha pemurah, Maha adil,
dan Maha bijaksana.
Berikut bukti kutipannya:
"Apalagi
yang kurang di surgaku ini? Bidadari jelita berjuta, sungai susu, danau madu.
Buah apel emas, pohon limau perak. Kijang-kijang platina, burung-burung berbulu
intan baiduri. Semua adalah milikmu bersama, sama rasa sama rata!" (Ki Pandji
Kusmin, 1968:
1)
2) Muhammad
Muhammad mempunyai karakter tidak pernah puas, suka
mengeluh, dan selalu ingim tahu. Berikut bukti kutipannya:
a.
Tuhan
terpaksa menggeleng-gelengkan kepala, tak habis pikir pada ketidakpuasan
dibenak manusia dan dipanggillah penanda tangan pertama: Muhammad dari Madinah,
Arabia. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 1)
b.
“Bibir-bibir kami sudah pegal-pegal
kejang memuji kebesaranMu; beratus tahun tanpa henti". (Ki Pandji Kusmin, 1968: 1)
c.
"Hamba ingin mengadakan
riset," jawabnya lirih. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 2)
3) Adam
Adam mempunyai karakter berwibawa dan optimis.
Berikut bukti kutipannya:
“Ya, saudara-saudara para suci! Sebagai kaum arrive
surga, kita tak boleh melupakan perjuangan saudara-saudara kita di bumi melawan
rongrongan iblis-iblis di neraka beserta antek-anteknya. Kita harus bantu
mereka dengan doa-doa dan sumbangan-sumbangan pikiran yang konstruktif, agar
mereka semua mau ditarik ke pihak Tuhan; sekian. Selamat jalan Muhammad. Hidup
persatuan Rakyat Surga dan Bumi." (Ki Pandji Kusmin, 1968:
3)
4) Sulaiman
Sulaiman mempunyai karakter bijaksana. Berikut bukti
kutipannya:
“Mintalah
surat jalan pada Sulaiman yang bijak di sekretariat” (Ki Pandji
Kusmin, 1968:
2)
5) Jibril
Jibril mempunyai karakter santun dan sangat
menghormati Muhammad. Berikut bukti kutipannya:
"Wahai
yang terpuji, jurusan mana yang paduka pilih?" Jibril bertanya takzim. (Ki Pandji
Kusmin, 1968:
2)
6) Tabib
Cina
Tabib Cina mempunyai karakter jahat. Berikut bukti
kutipannya:
Di sudut
gelap istana tabib Cina berbisik-bisik dengan seorang menteri. "Gembira
sekali nampaknya dia". "Itu tandanya hampir mati". (Ki Pandji
Kusmin, 1968:
7)
7) Soekarno
Soekarno mempunyai karakter suka perpesta dan gemar
“main perempuan”. Berikut bukti kutipannya:
“.
. . , makin gemar menyanyi, makin getol
menari dan makin giat menggilir ranjang istri-istri yang entah berapa jumlahnya”
(Ki Pandji
Kusmin, 1968:
13)
6.
Latar
atau Setting
Berikut adalah latar
atau setting yang terdapat Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Pandji Kusmin.
1)
Latar
Tempat
a. di
Sorga
"Apalagi
yang kurang di surgaku ini? (Ki Pandji Kusmin, 1968:
1)
b. di Jakarta
“Di Jakarta
banyak orang kejangkitan influensa, pusing-pusing dan muntah-muntah”. (Ki Pandji
Kusmin, 1968:
5)
2) Latar Sosial
“Pelacur-pelacur
dan sundal-sundal asyik berdandan Bedak-bedak penutup bopeng, gincu-gincu merah
murahan, dan pakaian-pakaian pengantin bermunculan”. (Ki Pandji
Kusmin, 1968:
9)
3) Latar Waktu
a. Senja
“Senja
terkapar menurun” (Ki Pandji Kusmin, 1968: 9)
b. Malam
“Malam
bertebar bintang di sela-sela awan”. (Ki Pandji Kusmin, 1968:
9)
4) Latar Suasana
a.
Kemelut
“Di depan
toko buku Remaja suasana meriak kemelut, ada copet tertangkap basah”. (Ki Pandji
Kusmin, 1968:
10)
b. Sepi
“. . .untuk mengisi
kesepian kita di surga”. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 10)
7.
Titik
Pengisahan atau Juru Cerita
Titik Dalam Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki
Pandji Kusmin titik pengisahan yang digunakan adalah sebagai tokoh, dengan ciri
ber “aku”.
Berikut
bukti kutipannya, pada kutipan berikut pengarang menggunakan diksi “hamba”:
"Hamba ingin mengadakan riset," jawabnya
lirih. (Ki Pandji Kusmin, 1968: 10)
8.
Gaya
Pengarang
Gaya pengarang dalam mendeskripsikan seluruh cerita dalam
Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin sangat kreatif dan berbobot
terutama dalam mengembangkan tema. Sebetulnya tema yang diangkat merupakan tema
yang sederhana, akan tetapi Ki Pandji Kusmin mampu mengemasnya menjadi sesuatu
yang luar biasa. Kemudian dalam menggambarkan tokoh, ada beberapa tokoh yang
sengaja dibuat secara abstrak. Sehingga pembaca diajak untuk ikut larut dalam
alur imajinasi pengarang.
9.
Amanat
Amanat yang terkandung
dalam Cerpen Langit Makin Mendung Karya Ki Pandji Kusmin adalah sebagai
berikut:
a. Sadarilah
sungguh-sungguh agama apa yang kita yakini
Dalam Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Pandji
Kusmin diceritakan bahwa 90% bakyat
Indonesia khususnya di Jakarta memeluk agama Islam, tetapi pada keyataannya
mereka tidak menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai muslim.
b. Jauhi
maksiat!
Dalam Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Pandji
Kusmin diceritakan tentang kehidupan sosial di Jakarta pada masa pemerintahan
Soekarno. Kemaksiatan yang terjadi pada masa itu sudah bukan hal yang tabu
lagi, bahkan para pejabat publik pun banyak yang terjerumus dalam lebah
kemaksiatan.
c. Jadilah
pemimpin yang amanah untuk kepentingan rakyatnya!
Dalam Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Pandji
Kusmin diceritakan tentang sosok Soekarno sebagai pemimpin bangsa (Presiden)
yang gemar berpesta dengan para pejabat pemerintahan, gemar “bermain wanita”,
tanpa memikirkan nasib rakyat yang dipimpinnya. Sehingga hilanglah rasa
kepercayaan rakyat terhadap Soekarno, seperti pada kutipan berikut ”Sayang
rakyat sudah tidak percaya lagi, mereka lebih percaya pada pelayan-pelayan
Istana”. Akan tetapi rakyat tidak heran atau marah, seakan-akan sudah jamak seorang
presiden harus berbohong dan buka mulut seenaknya. Rakyat Indonesia rata-rata memang
pemaaf serta baik hati, kebohongan dan kesalahan Pemimpin selalu disambut
dengan dada lapang.